Ali Yafid Harap Perpustakaan Masjid Jadi Akses Hidupkan Atmosfir Literasi Umat

Kontributor

Makassar (Kemenag Sulsel) -- Untuk mewujudkan arah pembangunan ketahanan sosial budaya diperlukan kontribusi agama dalam pembangunan transformasi sosial. Salah satu yang dapat dilakukan untuk penguatan moderasi beragama sebagaimana tersebut dalam arah kebijakan rancangan kinerja pemerintah tahun 2025 di bidang agama adalah peningkatan literasi keagamaan yang moderat.
Perpustakaan Masjid
merupakan salah satu media peningkatan literasi keagamaan, sebab masjid tidak
hanya tempat ibadah tetapi juga sebagai pusat peradaban yang memiliki banyak
fungsi. Tingginya intensitas perjumpaan manusia di Masjid, membuat masjid
memeliki peran sentral dan strategis dalam meningkatkan literasi keagamaan
umat.
Hal tersebut mengemuka pada
kegiatan Workshop Manajemen Pengelolaan Perpustakaan Masjid Tahun 2025, yang
dihelat oleh Bidang Urusan Agama Islam pada Kanwil Kemenag Prov. Sulsel ini
berlangsung 2 hari yakni Hari Ahad s/d senin tanggal 27 s/d 28 April 2025
bertempat di Aerotel Smile Hotel Makassar (Minggu, 27 April 2025)
Menurut Direktur Urusan
Agama Islam Kementerian Agama RI, yang diwakili oleh Kapustim Kepustakaan
Islam, H. Insan Khoerul Qalbi, Demi tercapainya program prioritas tersebut,
semua program kerja pada bidang Urusan Agama Islam baik di Tingkat provinsi dan
kabupaten/kota serta KUA Kecamatan harus bersinergi demi keberhasilan program
prioritas tersebut.
“Kita semua memiliki
tanggungjawab mendorong masyarakat dan umat agar memaksimalkan pemanfaatan
perpustakaan Islam yg ada di Masjid terlebih bila perpustakaannya sudah
terdigitalisasi, tentu akan semakin mempermudah masyarakat kita dalam
mengaksesnya”, ucapnya.
Kakanwil Kementerian
Agama Provinsi Sulsel H. Ali Yafid yang membuka kegiatan tersebut menyampaikan
bahwa optimalisasi pengelolaan Perpustakaan Masjid merupakan salahsatu ikhtiar
Kemenag dalam upaya mencerdaskan generasi bangsa dan agama, khususnya dalam
mengglorifikasi ajaran Islam yang Washatiyah, Moderat dan penuh kedamaian.
Mantan Kakankemenag
Bulukumba ini berharap seluruh Kemenag dan Satkernya di Kabupaten Kota se-Sulsel
minimal memiliki satu Masjid Binaan yang bisa menjadi percontohan
Ali yafid juga
menjelaskan bahwa di era yang serba digital berimplikasi pada kecenderungan
generasi muda yang kelihatannya semakin menjauh dari literasi keilmuan dan
keagamaan, ini tantangan buat kita sebagai pelayan umat mengembalikan atmosfir
literasi itu kepada generasi pelanjut bangsa dan agama kita, tambahnya.
Karenanya, kata
Kakanwil, Pengurus Masjid dan pengelola Perpustakaan Masjid harus berpikir
kreatif dan inovatif dalam mengikuti perkembangan zaman, salah satunya dengan menghadirkan
perpustakaan Islam digital, sehingga bisa lebih praktis diikuti dan diakses
oleh Generasi kita mulai dari Gen X sampai Gen Z.
Sebelumnya, Kpala
Bidang Urusan Agama Islam Kanwil Kemenag Prov. Sulsel H. Abdul Gaffar
melaporkan bahwa Peserta Workshop ini berjumlah 30 orang yang terdiri dari Kepala
Seksi Bimas Islam Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota dan Pelaksana pada
Kanwil Kemenag Sulsel.
Kabid Urais juga
mengungkapkan bahwa di awal tahun 2025, Provinsi Sulawesi Selatan masuk 4 (Empat)
Besar dalam kategori Guess Access Elipski terbanyak se Indonesia, hal ini
membuktikan animo masyarakat Sulsel sudah cukup tinggi dalam memanfaatkan
Elipski sebagai salah satu alternatif pengembangan literasi.
Elipski ini merupakan ikhtiar digital yang dilakukan Kementerian Agama dalam Pengelolaan Perpustakaan Masjid dan memfasilitasi penggunaan Elektronik Literasi Pustaka Keagamaan Islam dan bisa diakses oleh publik. (Wrd)