Oleh : Muhammad Ode Wahyu, S.H
Penulis adalah Kepala Sekolah Tingkat Wustha PPTQ An Nail Gowa
Dahulu, kau hanyalah tempat yang terbuang. Bahkan santri tak sudi bersamamu. Mereka lari darimu, kau dicampakkan, dibiarkan sendiri tak berpenghuni.
Kuteringat saat itu, 2011 silam kau hanyalah tempat yang mengerikan. Bangunanmu rapuh penuh rayap.
Lantai masjidmu kotor penuh debu. Beberapa bagian hancur tak terhiraukan, Tak ada jama'ah yang shalat di situ. Duhai, siapa gerangan yang hendak rehat dipangkuanmu? Air wudhupun tak tersedia.
Annail, seindah apa kamu? Dahulu, kau bagaikan hutan belantara. Kau bagai makhluk yang berada di usia senja. Yang terkepung oleh alang-alang lebat dan rumput-rumput tinggi memenuhimu. Tak ada suara para penghafal Al-Qur'an layaknya hari ini.
2011 silam, ku menatapmu sedih. Hati teriris kenyataan pilu. Kau adalah bagian dari perjuangan yang tak terhiraukan.
Hingga...2012 menjadi awal kehidupan baru untukmu. Berkumpullah para pemuda-pemuda shohwah, yang ingin bangkit dari kemunduran, yang tak ingin berada dalam masa jahiliyah terus menerus.
Mulailah kau dihidupkan kembali. Kau dimakmurkan oleh sekelompok pemuda ashabul Kahfi. Bahasa Arab, taklim syarh Arbain mulai terdengar di masjid itu. Suara imam mulai mengisi ruang masjid yang pernah kosong itu. Bahkan air hujan ditampung dalam bak besar untuk air wudhu.
Perjuangan berlanjut, DPC Wahdah Islamiyah terbentuk, Pemuda-Pemuda Ashabul Kahfi terus membersamaimu.
Menyusun rencana bersama dan strategi menuju cita-cita tinggi menembus langit semua Surga firdaus.
Tanpa henti perjuangan itu, hingga kini kau seperti sekarang. Namamu indah, rupamu semua orang memujinya. Masjid yang kotor dahulu berubah menjadi masjid besar ber-ace.
Ratusan mata melirikmu tiap tahunnya, yang kemudian tak ragu mengeluarkan dana besar untuk tinggal bersamamu. Dan kini, kau telah menghasilkan para hafizh Kalamullah. Kini kau indah bersama mereka semua.