Daerah

Bangkitkan Pendidikan Pascabencana, Guru Madrasah Dibekali Literasi Digital

Kamis, 25 September 2025
...

Belopa (Kemenag Luwu) – Kantor Kementerian Agama Kabupaten Luwu menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Pendampingan Literasi Digital Guru Madrasah untuk Pemulihan Proses Pendidikan di Daerah Terdampak Bencana” pada Kamis (25/9/2025) di Aula PLHUT Kemenag Luwu. Kegiatan ini merupakan bagian dari program Pengabdian kepada Masyarakat.

Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Luwu, Drs. H. Nurul Haq, MH, hadir sekaligus membuka kegiatan secara resmi. Dalam sambutannya, ia menyampaikan rasa syukur atas terselenggaranya FGD tersebut dan memberikan apresiasi kepada tim LP2M UIN Palopo selaku penggagas.
“Ini adalah kegiatan luar biasa karena berorientasi pada kebutuhan masyarakat. Harapan kami, setelah kegiatan ini selesai, ada perubahan positif yang mendukung kebutuhan belajar anak didik kita,” ujarnya.

Narasumber pertama, Sudirman Mahide, S.Pd.I., M.M., memaparkan materi “Peluang dan Tantangan Pembelajaran Pascabencana”. Ia menegaskan bahwa bencana alam kerap mengganggu jalannya pendidikan melalui kerusakan fasilitas, trauma psikologis, hingga hilangnya sumber belajar.
“Tujuan utama pembelajaran pascabencana adalah menjamin hak pendidikan tetap berjalan, memberikan dukungan psikososial, serta membangun sistem pendidikan yang tangguh dan inklusif,” jelasnya.

Menurut Sudirman, peluang pascabencana bisa dimanfaatkan melalui inovasi metode pembelajaran (seperti blended learning dan kelas darurat), kolaborasi multipihak, serta pengembangan kurikulum adaptif. Meski demikian, tantangan juga besar, mulai dari keterbatasan guru, kerusakan infrastruktur madrasah, kesenjangan akses teknologi, hingga trauma psikologis.
“Bencana bukan akhir dari proses belajar, justru momentum membangun pendidikan yang lebih tangguh. Dibutuhkan sinergi semua pihak untuk mendukung pembelajaran pascabencana,” pungkasnya.

Sementara itu, narasumber kedua, Dr. Hj. Salmilah, M.T., menyampaikan materi “Urgensi Literasi Digital Guru Pascabencana”. Ia menekankan pentingnya literasi digital sebagai strategi pemulihan pendidikan, dengan guru madrasah berperan sebagai aktor utama.
“Literasi digital bukan hanya kemampuan teknis, tetapi kunci keberlanjutan pendidikan pascabencana. Guru perlu adaptif, kreatif, dan kolaboratif dalam memanfaatkan teknologi,” tegasnya.

Salmilah juga menyoroti tantangan literasi digital, seperti keterbatasan infrastruktur, akses internet yang tidak merata, serta masih ada guru yang belum terbiasa dengan platform pembelajaran daring. Namun, praktik baik dapat dilakukan melalui kolaborasi antar guru, pemanfaatan platform gratis, serta dukungan berkelanjutan dari pemerintah dan mitra.

Ia menutup materinya dengan pesan motivasi, “Tidak ada kata terlambat untuk belajar teknologi. Dengan langkah kecil, konsisten, dan semangat pantang menyerah, guru madrasah dapat berkontribusi dalam pemulihan pendidikan anak-anak kita.”

Kegiatan ini diharapkan mampu memperkuat kapasitas guru madrasah di daerah terdampak bencana, sehingga proses pendidikan tetap berjalan lebih cepat, efektif, dan berkelanjutan. Isl/Um.

Editor: Mawardi

Terpopuler

Terbaru

Menu Aksesibilitas
Ukuran Font
Default