BINTARA, Pupuk Ilmu PAI KUA Bontomarannu Untuk Peserta MTQ

Kontributor

Bontomarannu (Kemenag Gowa) -- Tilawah adalah membaca Al-Qur'an dengan baik, benar, dan indah, bukan sekadar melafalkan ayat-ayatnya tetapi juga memahami makna dan menghayatinya. Istilah ini sering digunakan pada acara MTQ, yaang merupakan festival atau kompetisi keagamaan Islam di Indonesia untuk mengagungkan dan mengembangkan potensi seni baca Al-Qur'an.
Pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur'an yang dilakukan dengan memperhatikan aturan ilmu bacaan (tajwid), seni suara dan lagu (irama), serta penuh dengan adab (etika) dan penghayatan makna, bukan hanya sekadar membaca tanpa memahami.
Lantunan Al Qur’an dengan suara yang indah sudah ada dan berakar pada praktik pembacaan Al-Qur'an yang indah dan berfasih sejak zaman Nabi Muhammad SAW, yang kemudian berkembang menjadi seni dengan penggunaan maqamat (nada-nada khas) seperti Bayyati dan Nahawand di Timur Tengah, khususnya Mesir .
Di Indonesia, seni ini menguat pasca pendirian LPTQ tahun 1977 dan penyelenggaraan Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) pertama di Makassar pada 1968, yang kini telah berkembang menjadi berbagai cabang perlombaan Al-Qur'an dan menjadi bagian penting dari budaya Islam di Indonesia.
Dalam ajang MTQ dibutuhkan generasi yang bisa membaca Al Qur’an dengan cara tilawah. Agar Bontomarannu tidak kesulitan dalam mencari peserta atau orang yang memiliki kemampuan mengaji dengan metode tilawah maka, Nurjiah Umar, Penyuluh Agama Islam KUA Bontomarannu melakukan BINTARA (Bimbingan Tilawah Pada Remaja dan Anak) pada TQA Nurul Haq dan MT AL-Kautsar Lantebung Desa Pakatto, Kamis (25/9/2025).
Materi pada BINTARA adalah Tilawatil Quran yang meliputi seni baca AlQur'an, tajwidnya, olah vokalnya, olah suaranya dan pengaturan nafasnya. "Karena penguasaan ini sangat penting agar bacaan Al Qur’an bukan hanya indah didengar namun tajwidnya juga sesuai. Sehingga yang mendengarkan bisa menghayati dan mampu menggetarkan hati dan jiwanya, juga menambah keimanannya," pungkas Nurjiah.(ida/OH)