Daerah

Festival Literasi Keagamaan Di MAN 2 Makassar: Pentigraf Dan Film Jadi Media Penguatan Moderasi Beragama

Foto Kontributor
Muhammad Imran

Kontributor

Sabtu, 18 Oktober 2025
...

Kota Makassar, (Kemnag Makassar)— Aula MAN 2 Kota Makassar sore itu berubah menjadi lautan semangat literasi dan kebhinekaan. Lebih dari 1.400 siswa bersama para guru memadati ruangan untuk mengikuti Festival Literasi Keagamaan: Workshop Penulisan Pentigraf dan Penayangan Film Moderasi Beragama. Kegiatan ini terselenggara berkat kolaborasi antara Pusat Penilaian Buku Agama, Lektur, dan Literasi Keagamaan Kementerian Agama RI dengan MAN 2 Kota Makassar.(16/07)

Sejak pukul 13.00 WITA, suasana madrasah telah tampak semarak. Para siswa berbaris rapi memasuki aula yang dihiasi poster bertema literasi dan moderasi beragama. Antusiasme peserta semakin terasa ketika sesi pembukaan dimulai, menandai dimulainya rangkaian kegiatan yang berlangsung hingga sore hari.

Dalam sambutannya, Kepala Pusat Penilaian Buku Agama, Lektur, dan Literasi Keagamaan Kemenag RI, H. Much. Sidik Sisdiyanto, menegaskan bahwa madrasah memiliki peran strategis sebagai benteng moderasi beragama di tengah derasnya arus digitalisasi informasi. Menurutnya, literasi keagamaan harus terus diperkuat agar generasi muda tidak mudah terpengaruh oleh informasi yang bersifat provokatif dan intoleran.

“Literasi keagamaan tidak hanya diperoleh melalui bacaan, tetapi juga melalui media visual seperti film. Film adalah sarana yang efektif untuk menanamkan nilai-nilai toleransi, anti-kekerasan, dan semangat kebangsaan. Kami ingin memastikan madrasah menjadi pelopor dalam membentuk pelajar yang cerdas, kritis, dan berjiwa moderat,” ungkap H. Sidik dalam sambutannya.

Ia juga menambahkan bahwa kegiatan semacam ini merupakan bagian dari upaya Kementerian Agama untuk menghadirkan literasi keagamaan yang lebih dekat dengan dunia pelajar. Dengan pendekatan kreatif seperti sastra dan film, nilai-nilai moderasi beragama dapat diserap dengan lebih menyenangkan dan bermakna.

Kepala MAN 2 Kota Makassar, Hj. Darmawati, turut menyampaikan apresiasinya atas perhatian dan dukungan yang diberikan oleh Kementerian Agama. Menurutnya, kegiatan ini menjadi bukti nyata sinergi antara pemerintah pusat dan satuan pendidikan dalam memperkuat karakter siswa berbasis nilai-nilai kebangsaan dan keberagaman.

“Kami sangat berterima kasih atas kehadiran Bapak Kepala Pusat yang telah berkenan hadir dan berbagi semangat literasi. Ini merupakan motivasi besar bagi kami untuk terus menanamkan nilai-nilai moderasi beragama di lingkungan madrasah. Harapan kami, siswa MAN 2 dapat menjadi Duta Moderasi yang menyebarkan kedamaian dan toleransi di masyarakat,” tutur Hj. Darmawati.

Pada sesi utama, Fathullah Wajdi, dosen Universitas Negeri Makassar yang juga penulis dan reviewer AKMI, memandu Workshop Penulisan Pentigraf. Ia memperkenalkan pentigraf sebagai bentuk karya sastra mini tiga paragraf yang mampu menjadi media refleksi moral dan spiritual dalam format singkat namun bermakna.

“Menulis pentigraf bukan sekadar merangkum cerita. Ini tentang kemampuan menyampaikan pesan yang kuat melalui struktur narasi yang padat dan efisien. Bentuk ini sangat relevan dengan karakter generasi muda saat ini yang dinamis dan terbiasa berpikir cepat,” jelas Fathullah di hadapan peserta yang tampak antusias mencatat setiap penjelasannya.

Para siswa diajak bereksperimen menulis pentigraf bertema keagamaan, kebangsaan, dan toleransi. Hasil tulisan mereka kemudian dibacakan di depan peserta lain, menciptakan suasana literasi yang hangat dan interaktif. Banyak di antara siswa yang terinspirasi untuk terus menulis dan menyalurkan gagasan melalui karya mini tersebut.

Setelah sesi literasi, kegiatan berlanjut dengan pemutaran film-film bertema moderasi beragama, di antaranya Tasamuh, Jumat, Islah, Epetus, dan Menyapa Terang di Ujung Timur. Deretan film ini menggambarkan keindahan keberagaman dan pentingnya sikap saling menghormati dalam kehidupan sosial.

Usai pemutaran film, diskusi interaktif pun digelar. Para siswa diajak menafsirkan pesan moral dan nilai kebangsaan yang terkandung dalam setiap kisah. Diskusi berlangsung hangat dan menggugah, menghadirkan banyak pandangan segar dari peserta. Salah satu siswi, Atika Zahra Taufik, mengungkapkan bahwa kegiatan tersebut membuka cara pandangnya tentang makna toleransi yang sesungguhnya.

“Film-filmnya sangat inspiratif, dan sesi diskusinya membuat kami lebih memahami bagaimana moderasi beragama bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Saya merasa beruntung bisa belajar langsung dari para narasumber dan pejabat kementerian,” ujarnya dengan semangat.

Festival Literasi Keagamaan di MAN 2 Kota Makassar menjadi penanda kuat bahwa madrasah tak hanya menjadi ruang belajar agama, tetapi juga pusat pengembangan budaya literasi dan kebangsaan. Melalui kegiatan menulis, berdiskusi, dan menonton film bersama, semangat moderasi beragama tumbuh nyata—menjadi denyut hidup yang membentuk generasi pelajar cerdas, santun, dan toleran.(bumas/hb)

Editor: Andi Baly

Terpopuler

Terbaru

Menu Aksesibilitas
Ukuran Font
Default