Guru SKI Terapkan Diskusi Dalam Kelas MAN 4 Bone

Kontributor

Kajuara, (Humas Bone) - Kompetensi pedagogik merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki guru. Kompetensi berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengemas pembelajaran agar menunjang ketercapaian tujuan pembelajaran. Kemampuan pedagogik guru dalam menerapkan metode diskusi kelompok dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dengan guru mata Pelajaran ini adalah Andi Edniwaty, Sabtu (11/5/2024).
Pada saat proses diskusi menunjukkan bahwa guru dapat mengajak peserta didik untuk berpikir kritis, mengemukan sebuah pendapat, menanamkan mental keberanian dalam berpendapat dengan menggunakan metode diskusi kelas sehingga peserta didik tidak menjadi pasif ketika mengikuti pembelajaran dikelas.
Andi Edniwati sebagai guru SKI menerapkan metode diskusi agar dapat menunjang keterampilan berpikir kritis peserta didik sehingga prose diskusi berjalan dengan lancar seperti yang diterapkan di kelas XI IPA 1 yang membahas tetantang peradaban Islam dan Barat.
Menurut pada diskusi tersebut Muh. Alif Menjelang abad 18 M ketika Turki Utsmani tidak lagi melakukan ekspanasi, orang barat mulai melakukan pendekatan ekonomi dengan melakukan perdagangan di pusat-pusat pelabuhan Islam. Pergaulan yang semakin intents dengan kaum muslimin mendorong untuk semakin mendalami tradisi keilmuan Islam. Kondisi ini menjadi cikal bakal tumbuhnya orientalisme yang sekarang kita kenal.
“Di penghujung abad ke 20 dimulai dengan embargo minyak Iran era Ayatullah Khumaeni, kebangkitan Islam mulai digemborkan. Dan barat mulai memandang Islam sebagai musuh baru pasca keruntuhan komunisme di dunia. Di kalangan ilmuan intelektua, memposisikan Islam sebagai ancaman bagi peradaban barat di dunia modern, mendapatkan respon yang beragam baik di kalangan barat maupun Islam,” terang Alif.
Sedang Radiva Aulia berpendapat bahwa peradaban islam dan barat memandang dari sudut terjadinya konflik atau benturan antar kelompok manusia tidak disebabkan oleh peradaban yang berbeda, tetapi lebih didasarkan atas etnis dan golongan yang berbeda meski dalam satu peradaban.
“Perbedaan peradaban terutama yang berkaitan dengan agama, tidak sepenuhnya menimbulkan benturan atau konflik, justru perbedaan dalam agama-agama bisa dicari benang merah antar pemeluk agama itu,” terangnya.
Pada diskusi tersebut Andi Edniwaty menyimpulkan bahwa Kecenderaungan konflik meguat ketika masing-masing peradaban atau agama dihadapkan pada isu-isu universal seperti kerusakan lingkungan hidup, aborsi atau euthanasia.
“Seperti yang di gaungkan oleh Edward Said Orientalisme, magnum opusnya Orientalism, sudah menjadi bacaan kita di lingkungan masyarakat muslim di Indonesia. Bahkan menurut Johan Hendrik Meuleman produk orientalisme telah memberikan wacana Islam progresif di sebagian kalangan umat Islam Indoensia. Namun kita perlu waspada sebagaimana diingatkan oleh Edward Said bahwa orientalisme mempunyai tujuan tertentu, mengikuti kecenderungan tertentu, konteks histories, intelektual, hingga tujuan ekonomi tertentu, ungkapnya. (IshaQ/Ahdi)