Daerah

Kakan Kemenag Barru Hadiri Wisuda Ma’had Aly Ke-6 Pondok Pesantren DDI Mangkoso Tahun Pelajaran 2024/2025

Senin, 30 Juni 2025
...

Barru, 29 Juni 2025 — Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Barru, H. Jamaruddin, menghadiri acara penamatan santri dalam rangka Wisuda Ma’had Aly ke-6 Pondok Pesantren DDI Mangkoso Tahun Pelajaran 2024/2025. Kegiatan ini berlangsung khidmat dan penuh semangat, menjadi momen penting dalam perjalanan pendidikan para santri.

Acara tersebut turut dihadiri oleh, Bupati Barru, Andi Ina Kartika Sari, S.H., M.Si., Wakil Bupati Barru, Ir. Abustan A. Bintang, M.Si., Syekh Dr. Nuruddin Asayid Ma’ruf Asy-Syafi’i, Direktur Pelaksanaan Lembaga Pendidikan Bahasa Arab Alson, Kairo – Mesir, Pimpinan Pondok Pesantren DDI Mangkoso, AG. Prof. Dr. M. Faried Wadjedy, Lc., M.A., Ketua Asosiasi Ma’had Aly Indonesia, Dr. KH. Nur Hannan, Lc., M.Hi., Ketua Umum PB DDI, AG. Prof. Dr. H. Syamsul Bahri A. Galigo, Ketua MPR RI, Bapak Tamsil Linrung, Kabid PD Pontren Kanwil Kemenag Provinsi Sulawesi Selatan, Dr. H. Muhammad Yunus, S.Ag., M.Ag., Para Kepala Kankemenag dari kabupaten/kota: Bantaeng, Soppeng, Palopo, Sidrap, Maros, Pangkep, Parepare, dan Selayar, Para Pembina Pondok Pesantren DDI Mangkoso, Kepala Subbag TU Kemenag Barru, para Kepala Seksi dan Penye. Zakat Wakaf Kemenag Barru, Ketua Pokjawas Kemenag Barru, Kepala KUA Kecamatan Se-Kab. Barru., Pimpinan Cabang BSI, Serta orang tua santri dan santriwati yang turut hadir menyaksikan prosesi wisuda.

Sebelumnya, dalam kesempatan tersebut Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Barru, H. Jamaruddin, turut mengapresiasi mendalam atas peran Pondok Pesantren DDI Mangkoso dalam mencetak generasi Qur’ani yang tangguh, berilmu, dan berakhlakul karimah. Ia menilai, kehadiran DDI Mangkoso sebagai pusat pendidikan Islam bukan hanya membanggakan Kabupaten Barru, tetapi juga Indonesia secara keseluruhan.

“Pondok Pesantren DDI Mangkoso telah menunjukkan kiprah yang luar biasa, bukan hanya dalam mendidik, tetapi juga dalam membangun peradaban. Ini bukan sekadar wisuda, tapi perayaan atas dedikasi panjang para pengasuh dan pendidik yang telah menanamkan nilai-nilai luhur keislaman kepada generasi muda. Kementerian Agama tentu berkomitmen untuk terus bersinergi dalam mendukung pengembangan pesantren, terlebih Ma’had Aly yang kini semakin mendunia,” ujar H. Jamaruddin.

Ia juga mengapresiasi program internasionalisasi Ma’had Aly DDI Mangkoso yang mengirimkan mahasiswa ke Mesir dan membina hubungan akademik dengan Universitas Al-Azhar. Menurutnya, hal ini merupakan bukti bahwa pesantren mampu bersaing dalam kancah global dan menjadi pelopor kemajuan pendidikan Islam di kawasan timur Indonesia.

Pimpinan Pondok Pesantren DDI Mangkoso, AG. Prof. Dr. M. Faried Wadjedy, Lc., M.A., mengenang perjalanan panjang perkembangan pesantren yang kini dikenal sebagai Serambi Kairo. Ia menceritakan bagaimana awalnya DDI Mangkoso hanya memiliki satu kampus, hingga kini berkembang menjadi tiga kampus. Perkembangan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, termasuk Bupati Barru saat itu, Andi Mansyur Sulthan, yang turut mencarikan lahan untuk pembangunan, serta warga yang ikut membantu bahkan memberikan wakaf.

Kini, DDI Mangkoso tidak hanya menjadi pusat pendidikan Islam, tetapi juga digagas menjadi pusat riset dan studi Mazhab Imam Syafi’i, seperti Majma’ Al-Buhuts Al-Islamiyyah di Mesir dan Pakistan. Diharapkan ke depan juga akan hadir pusat kajian Ahlus Sunnah wal Jamaah, tasawuf, serta agro-wisata religi. “Harapan kami, bukan hanya menjadi yang terdepan di Indonesia, tapi juga terbesar dan terbaik di dunia. Pesantren dengan administrasi, fasilitas, dan pendidikan terbaik,” ungkap AG. Prof. Dr. M. Faried Wadjedy.

Dalam momentum wisuda sarjana Ma’had Aly, yang merupakan pendidikan tinggi kader ulama, beliau juga menegaskan peran penting DDI Mangkoso. Dari sekitar 91 Ma’had Aly yang ada di seluruh Indonesia, hanya dua yang berada di Sulawesi Selatan, yaitu di Mangkoso (Kabupaten Barru) dan di Sengkang. Kabupaten Barru, melalui Ma’had Aly DDI Mangkoso, bahkan menjadi representasi kawasan timur Indonesia. Salah satu keunggulan Mangkoso dibanding Sengkang adalah karya ilmiah sarjana Ma’had Aly di Mangkoso yang sudah berbahasa Arab.

Keunggulan inilah yang mendorong banyak santri dari Mangkoso diterima untuk kuliah di Universitas Al-Azhar Kairo. Ada tiga jalur pengiriman santri ke Al-Azhar: pertama, santri yang belum menyelesaikan jenjang aliyah dan dikirim untuk mengikuti program daurah langsung di bawah bimbingan Syekh Nur Din Sayyid Ma’ruf Abdu Rahman Syafi’i dan para ulama Al-Azhar. Kedua, santri yang telah menyelesaikan aliyah dan melanjutkan kuliah di Al-Azhar. Dari seluruh pesantren di Sulsel, Mangkoso tercatat sebagai yang terbanyak mengirimkan mahasiswanya ke Al-Azhar. Ketiga, mahasiswa Ma’had Aly yang mengajukan skripsi ke Al-Azhar untuk diuji selama tiga bulan, lalu kembali ke Indonesia untuk diwisuda.

“Santri di pesantren pada umumnya bisa membaca kitab, tetapi di Ma’had Aly mereka sudah sampai pada kemampuan membuat kitab kuning. Kami akan meluncurkan program perkuliahan Double Degree melalui MoU antara Ma’had Aly Pontren DDI Mangkoso dengan Kulliyah al-‘Ulum al-Islamiyah, Universitas Al-Azhar Kairo. Nantinya, mahasiswa akan diuji oleh penguji dari Al-Azhar dan dari Mangkoso. Wisudawan pun akan mendapat gelar Lc.,” ujar AG. Prof. Dr. M. Faried.

Semua pencapaian ini, menurutnya, tidak lepas dari berkah Anregurutta sejak tahun 1939 di Masjid Mangkoso. “Tidak ada yang diminta oleh Anregurutta, kecuali berkah ilmunya. Dan itulah yang terus mengalir hingga ke para penerusnya. Kami akan menjadikan Pesantren Mangkoso sebagai Serambi Kairo,” pungkasnya.

Sebagai Ketua Asosiasi Ma’had Aly Indonesia, Dr. KH. Nur Hannan, Lc., M.Hi. meluapkan kegembiraannya terkait perkembangan Ma’had Aly secara nasional. Beberapa tahun lalu hanya ada 72 Ma’had Aly di Indonesia, namun kini jumlahnya telah mencapai 91. Walapun mayoritas berada di Pulau Jawa, khususnya Jawa Timur, Jawa Tengah, serta Jawa Barat dan sementara di luar Pulau Jawa jumlahnya masih terbatas. “Di Sulawesi Selatan, baru dua yang menyelenggarakan Ma’had Aly, yaitu di Pesantren As’adiyah Sengkang dan DDI Mangkoso ini,” tambahnya.

Meskipun demikian, menurut Nur Hannan, Ma’had Aly DDI Mangkoso memiliki keunggulan yang tidak dimiliki Ma’had Aly lain. DDI Mangkoso satu-satunya Mahad Aly yang mengirim mahasiswa ke Mesir untuk menyusun tugas akhir (risalah akhir), dan dibimbing langsung oleh dosen Universitas Al-Azhar. Otomatis penggunaan bahasa arab menjadi keharusan dalam penulisan skripsi ketika Ma’had Aly lain masih menggunakan Bahasa Indonesia. Selain diakui langsung oleh Al-Azhar sehingga lulusan dari DDI Mangkoso dapat melanjutkan program magister tanpa melalui ujian masuk, para mahasantri juga bisa mendapatkan double degree dengan Universitas Al-Azhar. “Kebanggaan ini tidak hanya milik Pondok Pesantren Mangkoso, tapi juga kebanggaan nasional. Saya berharap Ma’had Aly DDI Mangkoso menjadi inspirasi bagi Ma’had Aly lainnya di seluruh Indonesia,” puji Nur Hannan.

Sejalan dengan keinginan Pimpinan PP DDI Mangkoso, Ketua Umum PB DDI, AG. Prof. Dr. H. Syamsul Bahri A. Galigo ingin menjadikan DDI Mangkoso yang akan berusia 87 tahun sebagai pilot project pesantren terindah, terluas, terbesar, dan terbagus dari segi administrasi dan pendidikan bukan hanya di Indonesia, tapi di seluruh dunia. “Sekarang DDI telah berkembang memiliki dua universitas, Universitas Islam DDI A.G.H. Abdurrahman Ambo Dalle dan Universitas Al Asyariah Haji Mandar. Institut Agama Islam DDI Mangkoso juga akan kita upayakan menjadi universitas dalam waktu dekat,” ucapnya berharap.

Bupati Barru, Andi Ina Kartika Sari, S.H., M.Si dalam sambutannya kembali menegaskan dukungannya kepada perkembangan dan keberlanjutan DDI Mangkoso dalam mendidik generasi berkarakter dan berakhlak mulia. Tidak hanya itu Pemerintah Kabupaten Barru juga menyatakan komitmen dan dukungannya salah satunya melalui rencana pembangunan gerbang Kota Santri di wilayah Soppeng Riaja yang akan menjadi identitas daerah ini. “Mari kita bangun daerah yang kita cintai ini bersama-sama, karena keberhasilan daerah bukan hanya tanggung jawab Bupati dan Wakil Bupati, tapi tanggung jawab kita semua,” pesannya.

Tercatat sebanyak 1.601 santri dan santriwati ditamatkan pada kegiatan ini, dari berbagai jenjang pendidikan, yakni RA, MI, MTs, hingga MA. Selain itu, sebanyak 169 hafidz dan hafidzah akan mengikuti prosesi penamatan khusus yang dilaksanakan pada hari berikutnya. Kegiatan ini menjadi bukti nyata peran strategis pondok pesantren DDI Mangkoso dalam mendidik generasi Qur’ani dan mencetak kader-kader ulama serta pemimpin umat di masa depan.

(Din/Arg)

Terpopuler

Terbaru

Menu Aksesibilitas
Ukuran Font
Default