Daerah

Mantan Menteri Agama KH. Said Aqil: MQK Adalah Nikmat Besar Yang Harus Disyukuri

Foto Kontributor
Nurwina Busrah

Kontributor

Jumat, 03 Oktober 2025
...

Wajo, (Kemenag Parepare) – Ratusan jemaah memadati Masjid Agung Ummul Qura, Sengkang, Kabupaten Wajo, saat mantan Menteri Agama, KH. Said Aqil, menyampaikan khutbah Jumat yang sarat pesan keagamaan sekaligus motivasi untuk menyukseskan Musabaqah Qiraatil Kutub Nasional (MQKN) ke-8 dan Internasional ke-1.

Dalam khutbahnya, KH. Said Aqil membuka dengan mengingatkan kembali kisah Nabi Sulaiman yang begitu bersyukur atas nikmat Allah, bahkan ketika mendengar perintah ratu semut yang melindungi koloninya dari pasukan berkuda. Nabi Sulaiman pun menengadahkan tangan, berlinang air mata, memohon kepada Allah agar dimasukkan ke dalam golongan hamba-hamba yang sedikit namun tetap bersyukur.

“Sedikit sekali di antara hamba-Ku yang bersyukur,” kutip KH. Said Aqil dari firman Allah. Ia menegaskan bahwa rasa syukur harus terus dihidupkan, baik pada masa Nabi Daud dan Sulaiman, maupun dalam kehidupan umat saat ini.

KH. Said Aqil juga mengangkat kisah negeri Saba yang dikenal dengan kemakmuran dan keindahan alamnya. Allah menggambarkan negeri itu sebagai baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur, sebuah negeri yang penuh nikmat dan dalam ampunan Allah. Namun ketika penduduknya kufur dan melupakan karunia, Allah mencabut seluruh kenikmatan itu.

“Sejarah ini jadi pelajaran. Nikmat Allah bisa datang, tapi bisa pula dicabut ketika kita kufur. Karena itu MQKN ini harus kita pandang sebagai nikmat yang wajib disyukuri, bukan sekadar acara rutin,” ujarnya.

Lebih jauh, KH. Said Aqil menegaskan bahwa MQKN adalah momentum besar untuk melestarikan karya ulama terdahulu. Ia menyebut banyak kitab klasik karya ulama Nusantara yang tersimpan di perpustakaan luar negeri, termasuk di Leiden, Belanda.

“Para ulama kita menulis dengan penuh dedikasi. Kiai Ahmad Sanusi misalnya, seorang pejuang yang menulis lebih dari 70 kitab. Ada juga manuskrip-manuskrip ulama kita yang masih tersimpan di Eropa. Semua itu adalah khazanah keilmuan yang harus diwariskan ke generasi santri,” jelasnya.

Ia mengisahkan seorang peneliti Belanda pernah datang untuk menulis biografi ayahnya, namun syaratnya harus mengembalikan manuskrip asli karya ulama Nusantara yang kini tersimpan di sana. “Kitab-kitab turats itu bukan sekadar bacaan, tapi bekal untuk mencetak generasi ulama yang berilmu sekaligus berakhlak mulia,” tambahnya.

Mengutip tafsir, KH. Said Aqil menegaskan bahwa Nabi Muhammad SAW tidak rela jika ada umatnya hidup dalam kebodohan. Karena itu orang berilmu memiliki empat keistimewaan yakni: Mendapatkan husnul khatimah; Dijamin masuk surga saat dibangkitkan; Diselamatkan ketika menyeberangi shirathal mustaqim; dan Menerima pahala yang setara dengan para nabi.

“MQKN ini insya Allah akan melahirkan ulama masa depan, anak-anak yang menguasai berbagai bidang ilmu dengan sanad keilmuan yang jelas dan bersambung,” tegasnya.

Di akhir khutbah, KH. Said Aqil mengingatkan jemaah dengan firman Allah: “Bertaqwalah kamu kepada Allah, dan persiapkanlah untuk hari esok.” Ia menegaskan bahwa keberhasilan MQKN nasional dan internasional akan menjadi ladang pahala, bukan hanya bagi panitia, tapi juga bagi semua yang turut menyukseskannya.

“Yakinlah, apa yang kita kerjakan untuk kebaikan, maka itu akan bernilai pahala di sisi Allah,” pungkasnya.

Kehadiran mantan Menteri Agama ini di Wajo menjadi momen bersejarah. Bukan hanya karena khutbah Jumatnya yang penuh renungan, tetapi juga karena kehadirannya dalam mendukung suksesnya MQKN Internasional yang pertama kali digelar di Indonesia.(Abul/Wn)

Terpopuler

Terbaru

Menu Aksesibilitas
Ukuran Font
Default