Penyuluh KUA Dua Boccoe Ikuti FGD Deteksi Dini Konflik Sosial Bernuansa Keagamaan

Kontributor

Bone, (Kemenag Bone) – Penyuluh Agama dari KUA Kecamatan Dua Boccoe, Muhammad Ashar, turut berpartisipasi dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD) bertema Penguatan Deteksi Dini Konflik Sosial Berdimensi Keagamaan, yang digelar oleh Seksi Bimas Islam Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bone, Jumat (18/7/2025). Kegiatan berlangsung di ruang rapat Kepala Kantor Kemenag Bone dan diikuti oleh berbagai unsur masyarakat, antara lain ormas Islam, media, staf ASN Kemenag, penyuluh agama, mahasiswa, hingga komunitas Bissu Bone.
Muhammad Ashar hadir sebagai perwakilan dari penyuluh agama sekaligus melaporkan tindak lanjut atas keikutsertaannya dalam Sekolah Aktor Resolusi Konflik (SPARK 2025) yang diselenggarakan di Hotel Mercure Ancol, Jakarta, pada 21–26 Juni 2025 lalu. Keterlibatannya dalam forum FGD ini menjadi bagian dari komitmen penyuluh agama dalam memperkuat jaringan resolusi konflik dan mempromosikan moderasi beragama di tengah masyarakat.
Pesan Moderasi dan Toleransi sebagai Pilar Kedamaian
Kegiatan ini dibuka oleh Plt. Kepala Seksi Bimas Islam, H. Muhammad Rafi As’ad. Dalam sambutannya, ia menekankan relevansi tema FGD dengan kondisi sosial masyarakat saat ini. “Konflik yang berakar pada perbedaan keagamaan masih menjadi tantangan bersama. Karena itu, perlu ada upaya bersama dari semua unsur untuk melakukan deteksi dini dan memperkuat harmoni sosial,” ujarnya. Ia juga mengapresiasi partisipasi aktif peserta yang hadir dari berbagai latar belakang.
FGD dipandu oleh Kasubag TU Kemenag Bone, H. Ahmad Yani, dengan narasumber utama Kepala Kantor Kemenag Bone, H. Abdul Rafik. Dalam pemaparannya, H. Abdul Rafik menyampaikan pesan Menteri Agama RI mengenai pentingnya membangun ekosistem sosial yang sehat berbasis nilai-nilai moderasi. Ia mengingatkan bahwa toleransi bukan sekadar pilihan, melainkan kebutuhan dalam hidup bermasyarakat. “Beragama adalah urusan pribadi, namun toleransi adalah nilai sosial yang wajib dijaga bersama,” tegasnya.
Mentor Moderasi Beragama Fatmawati Jauharo yang juga hadir sebagai narasumber, menyampaikan pentingnya peningkatan kapasitas para penyuluh, ormas, dan tokoh masyarakat dalam membangun narasi damai dan mencegah penyebaran ujaran kebencian di ruang publik. Ia mengajak seluruh peserta untuk lebih aktif dalam melakukan literasi digital yang sehat dan ramah.
Antusiasme peserta semakin terasa ketika sesi diskusi berlangsung. Sejumlah peserta, termasuk dari LDDI Bone dan perwakilan ormas Islam, menyampaikan gagasan, pengalaman, dan harapan agar kegiatan serupa rutin dilaksanakan. Mereka menilai forum seperti ini sangat strategis dalam memperkuat sinergi antara Kemenag dan masyarakat dalam membangun suasana yang rukun dan inklusif.
Kegiatan FGD ini menjadi langkah awal dalam memperluas kerja sama lintas sektor dalam mendeteksi serta menangani potensi konflik sosial sejak dini, dengan mengedepankan pendekatan dialogis, empati sosial, dan semangat moderasi beragama yang menjadi ciri khas Kementerian Agama. (Ashar/Ahdi)