Prof Nasaruddin Umar Pukau Ribuan Peserta Pertemuan Saudagar Bugis Makassar

Kontributor

Makassar, HUMAS KEMENAG ~~ Menteri Agama (Menag) RI, Prof. Nasaruddin Umar tampil memukau dihadapan ribuan peserta Pertemuan Saudagar Bugis Makassar XXV yang memadati Golden Lily Ballroom Hotel Four Points by Sheraton Makassar, Kamis 10 April 2025.
Dalam penyampaiannya, Menag mengulik tentang prilaku dan karakter orang Bugis Makassar yang dikenal luas hingga ke mancanegara dengan menukil pepatah dan kata-kata bijak dalam bahasa Bugis Makassar kemudian mengaitkannya dengan ayat-ayat Al Quran.
Menurut Menag, ada 5 etika yang senantiasa dipegang teguh orang Bugis Makassar yaitu, Sipatuo Sipatokkong (tolong menolong satu sama lain), Warani na Magetteng (konsisten dan berani), Matinulu na Temmangngi (bekerja keras dan telaten), Sugi nawanawa na sugi watakkale (kaya Ide dan pemurah), serta Malempu na Riparennuangi (jujur dan amanah).
Lebih lanjut Menag menyerukan kepada seluruh masyarakat perantauan asal Sulawesi Selatan untuk terus menjaga dan melestarikan budaya serta bahasa Bugis-Makassar. Ia menekankan bahwa kehilangan identitas budaya bisa berdampak besar, termasuk pada kekuatan nilai-nilai agama dalam diri generasi muda.
“Setiap etnis berhak membanggakan budayanya, dan kita sebagai orang Bugis-Makassar wajib menjaganya. Kalau bahasa dan budaya kita hilang, jangan heran kalau keislaman anak-anak kita ikut terpengaruh,” tegas Menag.
Menag Nasaruddin juga menyoroti fenomena melemahnya penggunaan bahasa daerah di kalangan generasi muda, terutama yang lahir dan besar di luar Sulawesi Selatan. Ia mengatakan, banyak anak-anak diaspora Bugis-Makassar yang sudah tidak lagi memahami bahasa atau adat leluhur mereka.
“Anak-anak kita mungkin tahu mereka orang Bugis atau Makassar, tapi tidak tahu makna di balik itu. Ini bukan hanya krisis budaya, tapi juga krisis jati diri,” ujarnya.
Sebagai solusi, Menag mendorong pendirian pondok pesantren unggulan di Sulawesi Selatan yang bisa menjadi pusat pendidikan berbasis budaya dan agama. Selain itu, ia juga menyoroti pentingnya memperkuat peran pendidikan tinggi di wilayah tersebut.
“Unhas adalah kebanggaan kita, tapi kita ingin kampus-kampus di Sulsel naik kelas. Harus ada universitas yang bisa mengangkat kembali warisan intelektual seperti yang pernah dibawa tokoh besar kita, Pattingaloang,” imbuhnya.
Pimpinan Pusat Pondok Pesantren As'adiyah Sengkan ini juga menyoroti pentingnya menjaga kekompakan dalam tubuh organisasi KKSS. Ia mengingatkan agar KKSS tidak terpecah ke dalam banyak wadah yang justru membuat perjuangan menjadi tidak terfokus.
“Lebih baik satu wadah yang solid dan bekerja nyata daripada banyak organisasi yang hanya papan nama,” katanya.
Ia menilai KKSS memiliki peran strategis dalam memperkuat jaringan diaspora Bugis-Makassar, baik di dalam negeri maupun luar negeri, asalkan tetap berpegang pada nilai-nilai budaya dan agama yang telah diwariskan leluhur.
Mengakhiri tausiahnya, Menag kembali menegaskan bahwa budaya Bugis-Makassar tidak bisa dipisahkan dari nilai-nilai Islam yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Sulawesi Selatan.
“Budaya Bugis-Makassar bukan hanya soal adat, tapi juga sarana memperkuat nilai keislaman. Jika budaya kuat, maka syariat Islam pun ikut kokoh. Sebaliknya, jika budaya luntur, agama pun ikut melemah,” pungkasnya.
Sejumlah figur ternama asal Sulawesi Selatan menghadiri pertemuan akbar ini, diantaranya Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dan Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Abdul Kadir Karding.
Hadir pula Wakil Ketua DPD RI Tamsil Linrung, Ketua Dewan Penasehat BPP KKSS HM Aksa Mahmud dan Ketua Umum BPP KKSS Muchlis Patahna, termasuk sejumlah tokoh daerah seperti Ketua DPRD Sulsel Andi Rachmatika Dewi, Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin, Bupati Maros A. Chaidir Syam, serta Wakil Wali Kota Aliyah Mustika Ilham juga hadir dalam acara ini bersama Forkopimda Sulsel lainnya. (AB)