Refleksi Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2025 : Pancasila Jiwa Pemersatu Bangsa Menuju Indonesia Emas 2045

Kontributor

Oleh : Alimuddin, S.PdI., M.Pd., C.ET., C.QEM
Penulis adalah Wakamad Humas MAN Gowa, Direktur Pondok Pesantren Babussalam Arrahmah, Wakil Ketua MUI Kecamatan Tompobulu, dan Wakil Ketua Kwarran Gerakan Pramuka Kecamatan Tompobulu
1 Juni bukan sekadar tanggal dalam kalender nasional, tetapi merupakan momen penting untuk kembali meneguhkan jati diri kita sebagai bangsa Indonesia. Pancasila, yang digali oleh para pendiri bangsa, adalah fondasi kebangsaan dan ruh pemersatu yang merajut kebhinnekaan Indonesia dalam satu kesatuan yang utuh.
Sebagai pendidik, pengasuh pesantren, penggerak dakwah, dan juga bagian dari gerakan Pramuka, saya menyaksikan langsung bagaimana Pancasila menjadi landasan nilai yang relevan dalam semua lini kehidupan. Di ruang kelas, di asrama pesantren, di musyawarah-musyawarah keumatan, hingga dalam pembinaan Pramuka, nilai-nilai Pancasila terus kami tanamkan: ketakwaan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah, dan keadilan sosial.
Tema Hari Lahir Pancasila tahun ini, "Pancasila Jiwa Pemersatu Bangsa Menuju Indonesia Emas 2045," bukan sekadar ajakan, melainkan panggilan sejarah. Tahun 2045—saat Indonesia genap 100 tahun merdeka—bukanlah sekadar harapan, tapi sebuah target besar yang harus dicapai dengan kerja keras, gotong royong, dan penguatan karakter bangsa sejak sekarang.
Di Pesantren Babussalam Arrahmah, tidak hanya membentuk santri yang paham agama, tetapi juga membina generasi berakhlak, cinta tanah air, mandiri, dan memiliki semangat nasionalisme yang tinggi. Demikian pula di Gerakan Pramuka Kwarran Tompobulu, kami tanamkan nilai-nilai Pancasila melalui kegiatan kepramukaan: disiplin, cinta alam dan sesama, kepemimpinan, serta pengabdian tanpa pamrih.
Pancasila bukan sekadar teks dan hafalan, tetapi harus menjadi nilai yang hidup dan membumi. Dalam konteks keagamaan, Pancasila sejalan dengan ajaran Islam: mengedepankan keadilan, menghormati perbedaan, serta menjaga perdamaian dan persaudaraan.
Hari ini, mari kita bertanya pada diri : apakah nilai Pancasila sudah benar-benar hidup dalam sikap dan tindakan kita? Apakah kita sudah cukup adil, cukup peduli, dan cukup bersatu untuk membangun negeri ini?
Refleksi ini bukan sekadar untuk mengenang masa lalu, tetapi untuk menyiapkan masa depan. Indonesia Emas 2045 hanya bisa terwujud jika kita setia pada nilai-nilai luhur Pancasila dan mampu mewariskannya kepada generasi penerus secara nyata dan konsisten.
Mari kita rawat persatuan, pupuk semangat gotong royong, dan jadikan Pancasila sebagai bintang penuntun dalam perjalanan panjang bangsa ini. Dari ruang kelas, pondok pesantren, balai desa, hingga bumi perkemahan—Pancasila harus hadir sebagai jiwa dan cahaya peradaban bangsa.
Merdeka!