Ujian Kitab Kuning Di Pontren DDI Lil Banat Parepare: Mengukur Pemahaman Dan Melestarikan Tradisi Keilmuan

Kontributor

Parepare, (Kemenag Parepare) – Pondok Pesantren DDI Lil Banat Parepare kembali menggelar Ujian Kitab Kuning sebagai bagian dari tradisi akademik pesantren dalam menguji pemahaman santri terhadap ilmu-ilmu Islam. Ujian berlangsung pada Kamis, 20 Maret 2025.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengukur
pemahaman santri terhadap kitab klasik dalam berbagai disiplin ilmu seperti
nahwu, sharaf, fikih, tafsir, dan hadis. Selain itu, ujian kitab kuning ini
dapat mengasah kemampuan analisis, sehingga santri tidak hanya menghafal teks,
tetapi juga memahami konteks dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Yang
tidak kalah pentingnya, dengan ujian kitab kuning ini dapat menjaga tradisi keilmuan
Islam, agar metode pembelajaran klasik yang diwariskan para ulama tetap lestari
dan relevan di era modern.
Sebanyak 38 santri terlihat
sangat antusias mengikuti ujian dengan beberapa kitab klasik yang diujikan dari
masing-masing penguji yang telah berkompeten.
Rasna, salah satu penguji dalam
ujian ini, menyampakan kesan positifnya terhadap santri yang mengikuti ujian. "Alhamdulillah,
saya merasa bersyukur dan bangga dapat menjadi bagian dari proses ujian kitab
kuning di pesantren ini. Ujian ini bukan hanya sekadar mengukur sejauh mana
pemahaman santri terhadap teks-teks klasik, tetapi juga menjadi cerminan dari
ketekunan, kesungguhan, dan adab mereka dalam menuntut ilmu,”ujarnya.
Selama proses ujian, ia melihat
bahwa sebagian besar santri telah menunjukkan kemampuan yang baik dalam
membaca, menerjemahkan, serta memahami isi kitab. Beberapa di antaranya bahkan mampu
menghubungkan pemahaman mereka dengan realitas kehidupan serta dalil-dalil lain
dari Al-Qur'an dan Hadits. Ini menunjukkan bahwa mereka tidak hanya belajar
secara tekstual, tetapi juga memahami esensi ilmu yang dipelajari.
Meski demikian, tentu masih ada
beberapa hal yang perlu ditingkatkan, seperti ketelitian dalam memahami
konteks, kemampuan menyampaikan jawaban dengan lebih sistematis, serta
pendalaman terhadap perbedaan pendapat ulama. Namun, secara keseluruhan, ia
melihat potensi besar dari para santri untuk menjadi generasi penerus ulama
yang memiliki wawasan luas dan pemahaman mendalam terhadap Islam.
“Semoga ujian ini menjadi
motivasi bagi para santri untuk terus belajar, tidak cepat puas dengan ilmu
yang sudah diperoleh, dan semakin semangat dalam mengkaji kitab-kitab para
ulama. Ilmu yang dipelajari di pesantren ini diharapkan dapat menjadi bekal
berharga dalam berdakwah dan mengamalkan ajaran Islam di tengah masyarakat,"tandasnya.
Salah satu santri peserta ujian,
Husnul Khatimah, membagikan pengalamannya mengikuti ujian kitab.
"Alhamdulillah, saya sangat bersyukur bisa mengikuti ujian kitab kuning
ini. Ujian ini bukan hanya sekadar mengukur pemahaman saya terhadap kitab yang
telah dipelajari, tetapi juga menjadi pengalaman berharga dalam mengasah
kemampuan membaca, menerjemahkan, dan memahami teks-teks klasik karya para
ulama,”ujarnya.
Saat menghadapi ujian, ia akui
merasakan tantangan yang luar biasa. “Beberapa pertanyaan dari penguji membuat
saya harus berpikir lebih dalam, tidak hanya sekadar menghafal, tetapi juga
memahami makna dan relevansinya dengan kehidupan sehari-hari. Ada momen di mana
saya merasa gugup, tetapi saya juga merasakan kebanggaan ketika mampu menjawab
dengan baik,”tambahnya.
Dari ujian ini, ia menyadari
bahwa masih banyak hal yang perlu ia pelajari dan dalami. Ilmu dalam kitab
kuning begitu luas, dan ujian ini menjadi pengingat bahwa belajar tidak boleh
berhenti di sini. Ia semakin termotivasi untuk lebih tekun, memperbaiki cara
belajar, serta lebih mendisiplinkan diri dalam menghafal dan memahami
kaidah-kaidah yang ada.
“Terima kasih kepada para asatiz
yang telah membimbing kami dengan sabar. Semoga ilmu yang kami pelajari menjadi
berkah dan bermanfaat, tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga bagi umat
Islam. Aamiin,"ujarnya.
Berikut ini nama kitab yang
diujikan serta pengujinya:
1. Bulughul Maram – Penguji: Hj.
Marhani Badaruddin
2. Ta’limul Muta’allim – Penguji: Akib D.
3. Riyadhus Shalihin – Penguji: H. Basit Mubaraq
4. Fathul Mu’in – Penguji: Rasna
5. Ihya Ulumuddin – Penguji: H. Badaruddin Haba.(Mira/Wn)