Kemenag Maros

Barzanji Tiap Malam Jumat, Tradisi Masyarakat Maros ketika Keluarga Berhaji

Barzanji tiap malam Jumat, tradisi masyarakat Maros ketika keluarganya sedang di Tanah Suci Berhaji. (Foto: ihsan)

Maros (Humas Maros)-Berhaji merupakan peristiwa besar, bukan hanya bagi individu yang ke Tanah Suci, tapi juga untuk keluarga dan masyarakat sekitar.

Maka, berbagai upaya baik dilakukan oleh keluarga terkait. Dan ini kemudian menjadi tradisi. Salah satunya dengan pembacaan Barzanji.

“Barzanji sudah menjadi tradisi bagi kami di kalangan warga DDI khususnya dikampung kami di Lingkungan Bontorea, Lau, Maros. Di mana setiap ada acara, baik itu pernikahan, akiqah, atau acara syukuran yang lain termasuk ketika salah satu anggota keluarga berangkat melaksanakan ibadah haji,” jelas H. Syamsuddin Ballu, Jumat (14/6/2024).

“Khususnya pada pemberangkatan jamaah haji tahun ini, anak kami di antara jemaah yang tergabung pada Kloter 14 Maros. Dan inilah yang menjadi niat kami, rutin melaksanakan pembacaan Barzanji tiap malam Jumat. Sampai anak kami selesai melaksanakan rangkaian pelaksanaan ibadah haji.

“Adapun terkait pelaksanaan ini, kami senantiasa meniatkan pembacaan Barzanji ini sebagai do’a agar keluarga kami senantiasa diberikan keselamatan selama menjalankan ibadah haji.

“Dan juga menjadi syiar Islam kepada anak, cucu, dan masyarakat terkait bagaimana kita bisa mengenal Islam dari berbagai macam sudut pandang,” jelas H. Syamsuddin yang juga merupakan salah satu pimpinan Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Soreang, Maros.

Tahun ini, keluarga H. Syamsuddin yang melaksanakan ibadah haji di Tanah Suci: Ulfa hidayati, Muhajir Abdullah, Syamsuridha, dan Arifudin.

Hal serupa juga dilakukan keluarga Mangatta, Hadoria, Rahmatullah, Nurwana, dan Sinah di Dusun Pampangan Desa Abulosibatang Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros.

Berdasarkan keterangan Pimpinan Pondok Pesantren Nurul Ikhwan Kecamatan Marusu, Ustadz Ansar, bahwa inti tradisi masyarakat sekitar pesantrennya, merupakan doa kepada keluarga yang sedang berhaji di Tanah Suci.

“Ini tradisi turun temurun bagi masyarakat Maros, ketika keluarga mereka berhaji. Intinya, turut mendoakan keselamatan dan kesehatan jemaah haji. Di Barzanji terkandung salawat, zikir, dan sejarah Nabi Muhammad Saw. Jadi ini sebagai majelis untuk berwasilah kepada Rasulullah,” jelas Ustadz Ansar.

“Nilai sosialnya: juga menghibur bagi keluarga yang ditinggal berhaji, menjadi ramai rumahnya. Dan tentu juga majelis untuk bersilaturrahmi antar warga masyarakat. Tetangga, atau siapa saja yang mau. Tokoh agama, tokoh masyarakat. Tanpa dipanggil biasanya mereka akan datang, berdoa bersama,” lanjutnya.

Terkait hidangan yang disajikan dalam majelis Barzanji, Ustadz Ansar menjelaskan bahwa terkadang juga berasal dari partisipasi tetangga sekitar.

“Terkadang ada juga tetangga bawa kue atau pisang. Ini bentuk niat baik dan pengharapan, semoga yang warga terkait juga mendapat panggilan untuk bisa ke Tanah Suci berhaji.

“Selain itu, bersedekah dengan memberi makan banyak orang juga merupakan di antara ciri baik, identitas orang Maros. Mereka senang, kalau bisa memberi makan banyak orang.”

Selanjutnya, berdasarkan keterangan tokoh masyarakat Desa Abbulosibatang Saheri, bahwa dirinya akhir-akhir ini, pada setiap malam Jumat rutin menghadiri tiga majelis Barzanji.

“Pak desa (kepala desa), imam desa, imam dusun, imam masjid, dan kepala dusun serta tokoh masyarakat hadiri undangan warga.

“Waktu manasik haji Barzanji juga dan satu hari sebelum berangkat Barzanji lagi dan ketika sudah berangkat haji Barzanji setiap malam Jumat sampai datang. Dan kalau sudah datang jemaah haji, juga Barzanji lagi sebagai rasa syukur.

“Tradisi Barzanji ini, biasanya nabilang orang tua pappasabbi mange ri Nabbitta, tawasul dalam bahasa agamanya,” tutupnya. (Ulya)

 


Daerah LAINNYA