Alimuddin Usman Gugah Tokoh Muda Sulawesi : Pesantren Bisa Jadi Pelopor Energi Alternatif

Kontributor

Bantaeng (Kemenag Gowa). Suasana ruang pertemuan Hotel Seruni, Bantaeng, Rabu (13/8/2025) kemarin, dipenuhi semangat dan rasa ingin tahu. Para tokoh muda pesantren dari berbagai daerah di Sulawesi duduk menyimak, mata mereka tertuju pada satu sosok di podium. Muhammad Alimuddin Usman, Pimpinan Pondok Pesantren Babussalam Arrahmah Gowa, hadir sebagai narasumber dalam kegiatan Pengembangan Kapasitas Tokoh Muda Pesantren Ramah Lingkungan yang digelar oleh Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta.
Dalam presentasinya, Alimuddin mengajak para peserta untuk melihat pesantren bukan sekadar pusat pendidikan agama, tetapi juga laboratorium inovasi. Ia memaparkan terobosan Babussalam Arrahmah dalam mengubah limbah kotoran sapi (kohe) menjadi bahan bakar biogas ramah lingkungan. Inovasi ini tidak hanya mengurangi polusi, tetapi juga menekan biaya energi di pesantren, menciptakan kemandirian, dan memberi teladan nyata tentang kepedulian terhadap lingkungan.
"Pesantren memiliki potensi besar untuk menjadi pelopor energi alternatif di masyarakat. Jika kita memanfaatkan sumber daya yang ada, kita bukan hanya mendidik santri menjadi ulama, tetapi juga menjadi agen perubahan yang peduli bumi," tegasnya di hadapan peserta yang menyimak dengan penuh antusias.
Respon peserta sungguh luar biasa. Beberapa mencatat dengan cepat, sebagian mengangguk setuju, dan ada yang langsung bertanya tentang kemungkinan replikasi teknologi ini di pesantren mereka. Atmosfer forum berubah menjadi ruang diskusi yang hidup, diwarnai ide-ide segar dan rencana kolaborasi ke depan.
Di penghujung sesi, Muhammad Alimuddin Usman menyampaikan undangan khusus kepada PPIM UIN Jakarta dan seluruh peserta untuk melihat langsung terobosan dan inovasi biogas tersebut di Pesantren Babussalam Arrahmah. Kunjungan lapangan itu sebagai bagian dari sesi study lapang untuk memberikan pengalaman nyata dan inspirasi langsung dari lokasi.
"Merawat lingkungan sama artinya kita sedang menabung pahala untuk masa depan," tuturnya dengan nada penuh keyakinan. Kehadiran dan materi yang dibawakannya tidak hanya memberi pengetahuan baru, tetapi juga menggugah kesadaran bahwa pesantren mampu menjadi pusat inovasi hijau, bukan hanya di Sulawesi, tetapi juga di seluruh Nusantara.(Alim/OH)