Cegah Dini Konflik, Kemenag Parepare Duduk Bersama Pimpinan Ormas Islam

Kontributor

Parepare, (Kemenag Parepare) - Kementerian Agama (Kemenag) Kota Parepare melalui Seksi Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) menggelar Rapat Koordinasi Tim Cegah Dini Konflik Tingkat Kota Parepare. Kegiatan ini berlangsung di Aula Kantor Urusan Agama (KUA) Bacukiki pada Rabu (16/7/2025).
Agenda tersebut merupakan bagian dari program nasional
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Ditjen Bimas Islam) Kemenag RI,
yang secara serentak digelar oleh Kemenag kabupaten dan kota di seluruh
Indonesia.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut Kepala Kantor Kemenag
Kota Parepare, H. Fitriadi, Kepala Seksi Bimas Islam, H. Hasan Basri beserta
staf, Pimpinan Organisasi Masyarakat Islam (Ormas), serta personel KUA
Bacukiki.
Dalam kapasitasnya sebagai narasumber, H. Fitriadi menyoroti
bahaya fanatisme dalam berorganisasi keagamaan. Ia menjelaskan bahwa fanatik
berlebihan kerap berakar pada pemahaman bahwa umat Rasulullah akan terpecah
menjadi 72 golongan, dan hanya satu golongan yang selamat di akhirat.
“Nah, dalil ini sering dijadikan dasar oleh organisasi
tertentu untuk merasa paling benar, dan menilai pihak di luar golongan mereka
berada dalam kesesatan. Pemikiran semacam ini dapat memicu konflik baik
internal maupun antargolongan umat beragama,” ujar H. Fitriadi.
Ia menekankan pentingnya pertemuan lintas ormas seperti yang
dilaksanakan saat ini untuk menyebarkan informasi dan sosialisasi kepada
masyarakat mengenai pentingnya pencegahan konflik sejak dini.
“Fakta bahwa Kota Parepare disebut sebagai kota dengan
tingkat toleransi yang rendah cukup mengagetkan. Selama ini kami merasa
menjalankan ibadah dan keyakinan masing-masing dengan damai, namun kasus
demonstrasi terhadap sekolah Gamaliel beberapa bulan lalu oleh oknum tidak
bertanggung jawab menjadi sorotan,” tambahnya.
Dalam sejumlah diskusi sebelumnya, H. Fitriadi
mengklarifikasi bahwa sekolah Gamaliel, meski bernaung di bawah Yayasan
Kristen, tetap terbuka untuk semua siswa tanpa memandang agama. “Siapa pun bisa
bersekolah di sana, baik Muslim, Budha, dan lainnya. Hanya saja, pembelajaran
agama tetap diberikan oleh guru sesuai dengan agama masing-masing,” pungkasnya.
Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi ruang konstruktif
untuk memperkuat nilai-nilai toleransi, mempererat silaturahmi antarpemangku
kepentingan keagamaan, serta mendorong sinergi dalam menjaga harmoni sosial di
Kota Parepare.(Achy)