Provinsi

Cinta Dan Kerukunan: Pesan Buddha Untuk Kita Semua

Foto Kontributor
Andi Baly

Kontributor

Rabu, 17 September 2025
...

Cinta dan Kerukunan: Pesan Buddha untuk Kita Semua

By.: Marjo

 

Begitu juga perbuatan-perbuatan baik yang telah dilakukan akan menyambut pelakunya yang telah pergi dari dunia ini ke dunia selanjutnya, seperti keluarga yang menyambut pulangnya orang tercinta.

(Syair Dhammapada, Piya Vagga: 220)

 

Dalam kehidupan masyarakat yang penuh keberagaman, cinta kasih dan kerukunan merupakan dua nilai yang tidak pernah pudar oleh waktu. Kedua nilai ini menjadi fondasi terciptanya kedamaian dan keharmonisan, baik di keluarga, komunitas, maupun bangsa. Dalam ajaran Buddha Dhamma, cinta kasih (mettā) dan kerukunan (samagga) memiliki peranan penting untuk menuntun manusia agar dapat hidup bersama dalam suasana saling menghormati dan saling mendukung.

 

Cinta dalam Buddha Dhamma dipahami sebagai mettā, yaitu cinta kasih yang tulus, universal, dan tidak terbatas pada golongan atau mahkluk tertentu. Cinta ini tidak menuntut balasan, tidak menimbulkan keterikatan, dan tidak diskriminatif. Seperti yang diajarkan dalam Karaniya Mettā Sutta, cinta kasih hendaknya dipancarkan kepada semua makhluk tanpa kecuali, bagaikan matahari yang menyinari seluruh alam tanpa memilih tempat. Inilah bentuk cinta yang mampu meruntuhkan sekat-sekat perbedaan.

 

Samagga juga menjadi ajaran penting dalam Dhamma. Sang Buddha menekankan bahwa persatuan adalah sumber kebahagiaan dan kekuatan, sedangkan perpecahan adalah awal dari penderitaan. Dalam Sāmagāma Sutta, Beliau mengajarkan bahwa harmoni, kebersamaan, dan kerja sama akan membawa kebahagiaan, baik dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, maupun bernegara. Hidup rukun bukanlah pilihan, melainkan kebutuhan bagi semua manusia.

 

Nilai cinta dan kerukunan yang diajarkan Sang Buddha sejalan dengan visi Kementerian Agama yang saat ini digerakkan melalui Asta Protas Menteri Agama. Salah satu yang digaungkan adalah Meningkatkan Kerukunan dan Cinta Kemanusiaan. Hal ini menunjukkan bahwa praktik Dhamma tidak hanya membimbing umat Buddha menuju kebahagiaan pribadi, tetapi juga mengajak umat menjadi agen kedamaian dan kerukunan dalam kehidupan berbangsa.

 

Mettā, sebagai wujud cinta kasih universal, sejalan dengan semangat moderasi beragama yang menolak sikap ekstrem, intoleran, dan diskriminatif. Dengan menumbuhkan cinta kasih, umat Buddha akan lebih mudah menerima perbedaan, menyebarkan sikap welas asih, dan menciptakan kedamaian. Sementara itu, kerukunan mendukung untuk membangun harmoni sosial yang kokoh. Kerukunan yang dijalani dengan tulus akan membuat masyarakat lebih solid dalam menghadapi tantangan bersama.

 

Dalam kehidupan sehari-hari, cinta kasih dapat diwujudkan dengan hal sederhana, seperti berbicara dengan penuh hormat, membantu sesama tanpa memandang latar belakang, serta menyebarkan kebaikan tanpa pamrih. Kerukunan pun bisa ditumbuhkan dengan saling mendengarkan, bekerja sama dalam kegiatan kemasyarakatan, serta menghargai perbedaan pandangan. Inilah implementasi nyata yang memperkuat transformasi layanan keagamaan yang inklusif dan humanis, sebagaimana dicanangkan dalam Asta Protas Menteri Agama.

 

Lebih jauh, umat Buddha dapat menjadikan cinta kasih dan kerukunan sebagai kontribusi nyata dalam mewujudkan Asta Protas Menteri Agama. Misalnya, dengan berperan aktif dalam program moderasi beragama, ikut serta dalam dialog lintas iman, serta mendukung setiap upaya pemerintah dalam membangun pelayanan keagamaan yang inklusif. Dengan demikian, nilai-nilai luhur Buddha Dhamma tidak hanya dipraktikkan dalam lingkup vihara, tetapi juga dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

 

Ketika cinta kasih dan kerukunan dijalankan secara bersama-sama, maka akan lahirlah kedamaian sejati. Cinta kasih tanpa kerukunan hanya berhenti pada niat baik, sedangkan kerukunan tanpa cinta kasih akan mudah rapuh. Oleh karena itu, keduanya harus saling melengkapi. Dalam konteks yang majemuk, hal ini menjadi sangat penting agar setiap umat beragama dapat hidup berdampingan dalam suasana harmonis.

 

Bagi umat Buddha, mempraktikkan cinta dan kerukunan berarti ikut serta menjaga persatuan bangsa. Kehadiran umat Buddha yang penuh cinta kasih dan menjunjung tinggi kerukunan menjadi teladan bahwa agama tidak boleh dijadikan sumber konflik, melainkan sumber kedamaian. Dengan cara inilah umat Buddha dapat mewujudkan kontribusi positifnya bagi Indonesia yang damai dan beradab.

 

Akhirnya, cinta dan kerukunan dalam Buddha Dhamma menjadi kunci untuk menata kehidupan yang harmonis. Nilai-nilai ini tidak hanya selaras dengan Asta Protas Menteri Agama, tetapi juga memperkuat komitmen kebangsaan untuk menjadikan Indonesia sebagai rumah besar bersama yang damai, rukun, dan penuh kebahagiaan. Dengan mempraktikkan cinta kasih universal dan kerukunan sejati, umat Buddha dapat berperan aktif dalam menjaga persatuan bangsa, sekaligus menapaki jalan menuju kebahagiaan yang diajarkan Sang Buddha.

 

Sumber: www.samaggi-phala.or.id ; https://bthitayanno.wordpress.com

Editor: Andi Baly

Terpopuler

Terbaru

Menu Aksesibilitas
Ukuran Font
Default