Provinsi

Dakwah Inklusif Jadi Fokus Kemenag Sulsel Dalam Penguatan Moderasi Beragama Di Kalangan Mahasiswa

Foto Kontributor
Fatri Andy

Kontributor

Jumat, 14 November 2025
...

Makassar, (Kemenag Sulsel) -- Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Selatan terus mengukuhkan komitmennya dalam memperkuat moderasi beragama di lingkungan perguruan tinggi. Komitmen tersebut diwujudkan melalui pemberian materi penguatan moderasi beragama dan dakwah inklusif pada kegiatan Sekolah Dakwah Inklusif Volume II yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Alauddin Makassar, bertempat di Aula FEBI UIN Alauddin Makassar, 13 November 2025.


Ketua Tim Bina Lembaga dan Kerukunan Umat Beragama Kanwil Kemenag Sulsel, H. Mallingkai Ilyas, hadir mewakili Kepala Kanwil sebagai pemateri utama. Dalam pemaparannya, ia menekankan pentingnya kemampuan generasi muda dalam merespons dinamika keberagaman masyarakat Indonesia yang semakin kompleks mulai dari perbedaan agama, suku, budaya, hingga corak penafsiran keagamaan.


“Dakwah harus bertransformasi: dari eksklusif menjadi inklusif, dari menghakimi menjadi merangkul,” tegasnya.

Ia menekankan bahwa dakwah inklusif merupakan pendekatan yang mengakui keberagaman sebagai sunnatullah, sehingga dakwah harus mengedepankan cara-cara yang membina, menenangkan, dan memuliakan manusia.


Mallingkai juga menegaskan bahwa moderasi beragama bukan memoderasi ajaran agama, tetapi menyeimbangkan cara pandang, sikap, dan praktik beragama dalam kehidupan sosial. “Moderasi beragama itu mengejawantahkan ajaran yang menjaga martabat manusia dan kemaslahatan umum dengan prinsip adil, berimbang, dan menaati konstitusi,” ujarnya.


Dalam sesi dialog interaktif, ia mendorong mahasiswa menjadi penggerak kerukunan sejak dari lingkungan terdekat hingga ke ruang publik. Ia juga mengingatkan pentingnya peran dai di media digital.

“Sebagai dai, jangan hanya jadi followers. Jadilah panutan. Isi dunia digital dengan dakwah yang menyejukkan dan menenangkan,” pesannya.


Pada bagian akhir materinya, Mallingkai mengajak mahasiswa Manajemen Dakwah untuk mengembangkan model dakwah yang dialogis, adaptif terhadap perkembangan digital, serta menjalin kolaborasi lintas komunitas dan lintas iman sebagai bagian dari Gerakan Dakwah Cinta Damai.


Kegiatan dibuka oleh Wakil Dekan III Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar, Prof. Dr. Syamsuddin AB, yang menyebut program ini sebagai ruang strategis bagi mahasiswa dalam membangun tradisi dakwah yang adaptif dan responsif terhadap perkembangan zaman.


Turut hadir sebagai pemateri Guru Besar FDK, Prof. Nurhidayat Muhammad Said, serta Ketua Jurusan Manajemen Dakwah, Dra. Audah Mannan, yang dalam sambutannya menegaskan bahwa keberagaman merupakan anugerah yang harus dipelihara di lingkungan masyarakat maupun kampus.


“Perbedaan pandangan bukan alasan untuk terpecah. Justru itu peluang memperkuat persaudaraan,” ujarnya. Audah berharap mahasiswa mampu memetik nilai-nilai kearifan masyarakat dan menerjemahkannya dalam praktik dakwah yang membawa kemaslahatan.


Ketua Panitia, Zulfadli Rahman, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan respons terhadap dinamika sosial-keagamaan yang semakin beragam.

“Keberagaman seharusnya menjadi kekayaan bangsa, bukan sumber perpecahan,” ungkapnya. Ia menambahkan, tantangan terbesar saat ini adalah menjadikan moderasi beragama sebagai pola pikir dan pola hidup, bukan sekadar konsep teoretis.


“Saya berharap mahasiswa mampu menjadikan moderasi beragama sebagai sikap yang hadir dalam keseharian,” tutupnya.

Editor: Mawardi

Terpopuler

Terbaru

Menu Aksesibilitas
Ukuran Font
Default