Gerakan Pendidikan Berbasis Cinta Dan Karakter, Jawaban Untuk Generasi Emas Indonesia 2045 (Refleksi Hari Anak Nasional 2025)

Kontributor

Oleh : Muhammad Alimuddin Usman
Tanggal 23 Juli setiap tahunnya kita peringati sebagai Hari Anak Nasional (HAN), sebuah momentum penting untuk menakar kembali sejauh mana komitmen bangsa dalam melindungi, membina, dan memuliakan anak-anak Indonesia sebagai aset masa depan negeri. Tahun 2025 ini, tema yang diusung oleh pemerintah adalah : “Anak Hebat, Indonesia Kuat Menuju Indonesia Emas 2045”, dengan tagline “Anak Indonesia Bersaudara”.
Tema ini bukan sekadar slogan seremonial, tetapi seruan kebangsaan agar kita semua kembali menaruh perhatian serius pada kualitas pendidikan dan pembentukan karakter anak-anak Indonesia di mana pun mereka berada—termasuk di lereng gunung dan desa terpencil seperti Tompobulu, Sulawesi Selatan.
Sebagai seorang pendidik yang mengabdi di lembaga pendidikan formal dan nonformal di daerah, saya menyaksikan langsung betapa besar potensi anak-anak Indonesia yang lahir dari keluarga sederhana, hidup dengan segala keterbatasan, namun memiliki semangat belajar dan akhlak yang luar biasa. Mereka bukan hanya butuh ilmu pengetahuan, tetapi juga butuh sentuhan cinta dan teladan karakter dari para guru, orang tua, dan masyarakat sekitarnya.
Pendidikan yang Berbasis Cinta
Pendidikan sejatinya adalah proses memanusiakan manusia. Maka, yang dibutuhkan anak bukan hanya guru yang pandai mengajar, tetapi yang mampu mengasuh. Bukan hanya metode yang sistematis, tetapi pendekatan yang penuh kasih. Pendidikan berbasis cinta berarti menjadikan ruang belajar sebagai ruang aman—tempat anak merasa dihargai, disayangi, dan diberi ruang untuk tumbuh tanpa takut salah.
Cinta dalam pendidikan menghadirkan empati, kehadiran utuh seorang pendidik dalam proses tumbuh kembang anak, dan memanusiakan anak didik sebagai individu yang unik. Inilah pendekatan yang dibutuhkan dalam membina “anak hebat” agar benar-benar tumbuh kuat, tangguh, dan bahagia.
Pendidikan yang Berbasis Karakter
Kemajuan intelektual tanpa integritas adalah jalan yang berbahaya. Maka pendidikan berbasis karakter harus menjadi fondasi utama: membentuk anak-anak yang jujur, bertanggung jawab, disiplin, hormat kepada orang tua, cinta tanah air, dan menjunjung nilai-nilai spiritual dan moral yang luhur. Pendidikan karakter bukan hanya diajarkan lewat teori, tetapi ditanamkan melalui kebiasaan, pembiasaan, dan keteladanan.
Lembaga pendidikan—baik sekolah maupun pesantren—mulai menempatkan nilai-nilai karakter sebagai inti dalam proses pembelajaran. Anak-anak dibina bukan hanya untuk cerdas secara kognitif, tetapi juga matang secara emosi dan spiritual.
Sinergi Masyarakat : Membangun Indonesia Bersaudar
Tagline “Anak Indonesia Bersaudara” mengingatkan kita akan pentingnya kolaborasi lintas elemen—sekolah, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan dunia usaha—untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang sehat dan adil bagi semua anak. Kita tidak bisa menyerahkan masa depan anak hanya kepada satu pihak. Perlu gerakan kolektif untuk menghadirkan pendidikan yang holistik, ramah anak, dan merata.
Kita harus menolak dikotomi antara anak kota dan anak desa, anak negeri dan anak swasta, anak kaya dan anak miskin. Semua anak Indonesia adalah saudara, mereka berhak atas masa depan yang sama cerahnya. Maka, komitmen untuk menciptakan ruang-ruang pendidikan yang adil dan bermartabat harus diperjuangkan dari pusat hingga daerah.
Menuju Indonesia Emas 2045
Indonesia sedang menapaki jalan menuju usia emas di tahun 2045. Namun, mimpi besar itu tidak akan tercapai tanpa anak-anak yang tumbuh dengan utuh—sehat jasmani, matang akhlak, kuat spiritual, dan kritis pikirannya. Oleh karena itu, gerakan pendidikan berbasis cinta dan karakter harus dijadikan prioritas utama, bukan pelengkap kurikulum.
Sebagai tokoh pendidikan daerah, saya percaya bahwa pendidikan bukan tentang kompetisi, tetapi tentang kolaborasi membangun manusia. Bukan sekadar mencetak lulusan, tetapi membentuk generasi penerus yang beradab. Pendidikan yang berbasis cinta dan karakter adalah jawaban nyata untuk Indonesia yang lebih kuat, bersatu, dan bermartabat.
Selamat Hari Anak Nasional 2025. Mari kita jaga anak-anak Indonesia dengan cinta, dan bimbing mereka dengan karakter. Dari Tompobulu untuk Indonesia. Dari desa, kita menyalakan harapan bagi dunia.
Tentang Penulis :
Muhammad Alimuddin Usman, S.PdI., M.Pd., C.ET., C.QEM.
1. Tokoh pendidikan di Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
2. Pimpinan Pondok Pesantren Babussalam Arrahmah,
3. Wakil Kepala Madrasah Bidang Kesiswaan di MAN Gowa,
4. Wakil Ketua MUI Kecamatan Tompobulu
5. Wakil Ketua Kwarran Tompobulu Gowa dan
5. Wakil Ketua DPK BKPRMI Tompobulu
6. Aktif sebagai pembina gerakan pendidikan karakter berbasis pesantren dan sekolah.
Kontak : 0852‑3067‑0162 |
Email : muhalimuddin79@gmail.com
FB. Muhammad Alimuddin Usman II