Hijrah Menuju Kebaikan: Kemenag Barru Ajak Masyarakat Sambut Tahun Baru Islam Dengan Semangat Keumatan Dan Kebangsaan

Kontributor

Barru, 26 Juni 2025 -- Dalam rangka menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharram 1447 Hijriah, Keluarga Besar Kantor Kementerian Agama Kabupaten Barru bekerja sama dengan Pengurus dan Jamaah Masjid Agung Nurul Iman Kabupaten Barru menyelenggarakan kegiatan Khatam Al-Qur’an, Dzikir, Doa, dan Tausiyah.
Acara ini mengusung tema "Dengan Semangat Hijrah, Kita Wujudkan Komitmen Damai Bersama Manusia dan Alam" yang disesuaikan dengan tema besar Kemenag RI Tahun ini "Peaceful Muharam".
Turut hadir dalam kegiatan ini, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Barru, Dr. H. Jamaruddin, M.Ag., Wakil Bupati Barru yang diwakili oleh Kabag Kesra Setda Barru, Dr. H. Irham Jalil, M.Ag.,M.Pd., Perwakilan Kejaksaan Negeri Barru, Perwakilan Polres Barru, Dandim 1405/Mallusetasi yang diwakili oleh Danramil Kecamatan Tanete Rilau, Ketua BAZNAS Kabupaten Barru, Para Kepala Seksi dan Penye. Zakat Wakaf Kemenag Barru, Kepala KUA Kecamatan Se-Kab. Barru dan Penghulu, Kamad Madrasah Se Kab. Barru dan Guru, Ketua IPARI dan Penyuluh Kemenag Kab. Barru, Pimpinan BSI Cabang Barru, Pimpinan BRI Cabang Barru, Pengurus dan Jamaah Masjid Agung Nurul Iman Barru, serta Jamaah Haji Kabupaten Barru tahun 2024 dan 2025.
Kegiatan diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an secara berjamaah (khataman) yang kemudian dilanjutkan dengan dzikir dan doa bersama untuk keselamatan bangsa serta keberkahan memasuki tahun baru Islam.
Dalam sambutannya, Kakan Kemenag Barru, H. Jamaruddin membuka dengan mengingatkan Tahun Baru Islam tidak hanya dijadikan kegiatan seremonial tetapi ruang spiritual untuk bermuhasabah, menguatkan tekad, dan memperbarui semangat dalam menjalankan tugas keumatan dan kebangsaan.
Ia juga menekankan pentingnya menjadi manusia yang lebih baik melalui semangat hijrah yang dicontohkan Nabi Muhammad saw. Baginda Rasul tidak hanya berpindah tempat tapi juga berpindah kondisi, dari tempat yang buruk ke tempat yang lebih baik. "Berani meninggalkan keburukan, kegelapan, keterpurukan menuju kebaikan, cahaya dan kebangkitan,"tambahnya.
Apalagi sebagai ASN Kemenag maka semangat hijrah hendaknya diterjemahkan dalam peningkatan integritas, profesionalitas, dan loyalitas menjalankan amanah sebagai pelayan umat yang secara langsung memiliki tanggung jawab dalam menjaga nilai keislaman yamg rahmatan lil alamin, memperkuat pelayan publik berbasis akhlakul karimah, serta menjadi agen moderasi beragama di tengah masyarakat.
Kegiatan zikir dan doa yang dilakukan di Mesjid Agung Barru ini adalah salah satu representasi konkrit dengan mencoba memulai sesuatu yang baik dalam menyambut hal yang baru tidak hanya sekedar peralihan angka. "Kita isi tahun baru hijriah dengan kegiatan bernilai ibadah. Al-Quran, zikir, dan doa," ungkap Jamaruddin.
Acara dilanjutkan dengan sambutan singkat dari Dr. H. Irham Jalil, M.Ag.,M.Pd. mengapresiasi terselenggaranya kegiatan ini yang mampu menghimpun begitu banyak elemen masyarakat Kab. Barru. Ia mengakui memiliki kedekatan tersendiri dengan Kemenag, mengingat ia pernah mencoba bergabung tapi belum terjawab. "Mungkin karena saya dulu demonstran," kelakarnya.
Puncak acara adalah tausiyah keagamaan oleh Almukarram Prof. Dr. H. Darussalam Syamsuddin, M.Ag., Guru Besar UIN Alauddin Makassar dan juga Pengurus MUI Sulawesi Selatan. Dalam pandangannya ia sepakat dengan apa yang disampaikan H. Jamaruddin sebelumnya. Bahwa Nabi Muhammad saw. menjalankan 2 hijrah. Hijrah fisik dan hijrah mental.
Contoh hijrah fisik sekaligus hijrah mental menurutnya ada pada kisah Kota Madinah. Bagaimana Baginda Rasul tidak hanya mengubah nama Madinah yang sebelumnya adalah Yasrib, tapi juga mengubah kondisi kota tersebut. Mengubah tempat yang kering dan berdebu menjadi kota yang beradab. "Kalau dilengkapi jadi Madinal Al-Munawwarah, maka jadi Kota Beradab yang Diterangi Cahaya Illahi," jelasnya.
Menurut Prof. Darussalam, hijrah itu bukan sebatas sesuatu yang religius dan spiritual. Itulah alasan kenapa hal pertama yang Nabi Muhammad saw. lakukan ketika tiba di Madinah adalah mendirikan mesjid. "Nabi ingin merubah masyarakat yang berpegang pada social trust ke Allah trust. Artinya harus menyentuh seluruh aspek kehidupan. Masyarakat, lingkungan, dan bangsa," terangnya menambahkan.
Oleh karena itu ia meminta agar siapapun itu jangan merasa cukup hanya melakukan ibadah ritual. Ibadah ritual itu hubungannya manusia dengan Tuhannya. Sementara dibutuhkan juga aspek ketakwaan yang kolektif bukan personal semata. "Jangan sibuk hanya meminta isi saf yang kosong tapi lupa apakah saudaramu sudah berisi. Mari masuk surga bersama," jelas Prof. Darussalam.
Ia melanjutkan Islam adalah agama yang membahas persoalan masyarakat jauh lebih sering daripada persoalan ritual keagamaan. Menurutnya di setiap 1 ayat yang membahas ibadah, ada 100 ayat yang membahas sosial kemasyarakatan.
Prof. Darussalam mencontohkan pentingnya hal ini dengan menggambarkan ada beberapa ibadah ritual yang dapat diganti dengan ibadah sosial. Yang paling dekat adalah puasa yang dapat diganti fidyah. Tapi ibadah sosial tidak dapat diganti dengan ibadah ritual. "Korupsi tidak bisa diganti dengan tahajjud 1000 rakaat," tegasnya.
Maka ibadah sosial sebenarnya tidaklah lebih rendah derajatnya daripada ibadah ritual. Zikir adalah hal yang mulia tapi itu untuk diri sendiri. Membersihkan mesjid mungkin perbuatan yang sederhana, tapi yang merasakan manfaatnya sangat banyak. Dampaknya orang akan lebih senang dan lebih rutin mendatangi mesjid. "Tinggalkan jual-beli saat shalat, kalau sudah shalat segera tinggalkan tempat sujudmu, keluar dan sebarkan kebaikan," tutup Prof. Darussalam.
(Din/Arg)