Daerah

Kakan Kemenag Barru: Pendidikan Yang Baik, Mendahulukan Akhirat

Rabu, 25 Juni 2025
...

Barru, 25 Juni 2025 -- Kakan Kemenag Barru H. Jamaruddin hari ini menghadiri Masa Ta’aruf Santri (Mata Santri) Angkatan II Tahun 2025 di Taman Pendidikan Al Qur’an Nur Ichsan. Dr. H. Maqbul S.Ag., M.Ag. Kasi PD pontren dan Dr. H. Muhlis Hakim, S.Pd., M.Pd., MM. Kepala Seksi Bimas Islam turut mendampingi pada kegiatan kali ini.

Acara dimulai dengan sambutan dari pimpinan TPQ Nur Ichsan, Muhammad Fahmi Huwaidy, S.Ag yang menekankan pentingnya mengejar akhirat. Ia menuturkan bagaimana pendiri TPQ Nur Ichsan tidak membangun rumahnya apalagi membeli kendaraan pribadi sebelum mendirikaan mesjid. "Akhirat dulu, dunia mengikuti, Allah kasih lebih bahkan diluar ekspektasi," ungkapnya.

Fahmi juga memuji orang tua yang anak-anaknya mau masuk pondok dan mencoba menjadi penghafal Al-Quran. Apalagi di zaman sekarang dengan budaya buruk perangkat elektronik yang membuat anak hanya berdiam diri di rumah.

Walaupun ia tahu pasti ada juga rasa sedih bagi orang tua dan anak yang harus berpisah selama mengikuti pendidikan hafidz Quran ini. Fahmi berusaha menghibur dengan memberi pemahaman bahwa dalam lingkungan pondok, pembina akan berusaha menjadi pengganti orang tua. "Tidak usah sedih karena ada sosok orang tua yang bisa sama persis menyayangi kita," terangnya.

Selain pujian, Fahmi juga ingin para orang tua yang berhasil memasukkan anak-anaknya di TPQ Nur Ichsan berbangga. Tidak semua orang bisa masuk begitu saja karena ada kandidat lain yang harus dihadapi. Ditambah lagi kebanggaan berikutnya ada di akhirat kelak. "Bayangkan ada penghafal Quran ingin naik surga, tapi Allah Swt. bilang "jangan, mana orang tuanya?" Kebanggaan sesungguhnya ada di akhirat," jelasnya.

Oleh karena itu dibutuhkan peran seluruh pihak, baik orang tua, guru, termasuk santrinya. "Guru hebat tidak cukup, butuh orang tua hebat, butuh santri tekun," tambah Fahmi.

Sambutan kemudian dilanjutkan oleh Pahmid, S.Pd.I., M.Pd, Sekretaris Yayasan yang mewakili Ketua Yayasan Nur Ichsan Al Ikhlas. Ia memulai dengan mengungkapkan keinginannya untuk memperluas aktifitas yayasannya dengan mendirikan sekolah formal. Namun mengingat besarnya kebutuhan yang harus dipenuhi untuk mewujudkannya, Pahmid berharap adanya dukungan dari pemerintah. Apalagi bahkan kebutuhan para pembina hingga saat ini masih murni dibiayai langsung oleh yayasan.

Meskipun demikian ia tidak akan menurunkan standar mengajar di yayasannya. Proses masuk tetap berlangsung ketat tanpa ada unsur bantuan 'orang dalam'. "Organisasi dan lembaga lain berlomba menaikkan biaya pendidikan, kita tidak. Inilah salah satu bentuk ikhtiar kami memuliakan penghafal Quran," tekan Pahmid.

Kakan Kemenag Barru Dr. H. Jamaruddin, M.Ag., langsung menjawab permintaan pemberian dukungan kepada Yayasan Nur Ichsan Al Ikhlas ketika memberi sambutannya. Ia meyakinkan bahwa Kemenag Barru akan terus memberi pendampingan. "Karena TPA di bawah naungan KASI PD Pontren, kalau mesjid, ada majelisnya, ada pembinaan sosial itu di bawah Bimas Islam," tegasnya.

Menurutnya salah besar jika orang-orang menganggap Kemenag hanya mengurus pernikahan dan haji. Pendidikan adalah hal lain yang mendapat porsi besar dalam kegiatan-kegiatan di Kemenag. Buktinya ada pada pembagian tugas yang fokus dalam pendidikan dan pembinan. "Pendidikan ada 3 Seksinya, PD Pontren, Penmad, dan yang mengurus guru agama. Kemenag selalu dekat dengan masyarakat," terang Jamaruddin.

Oleh karena itu ia meyakini pendidikan yang baik adalah pendidikan yang mendahulukan akhirat. Hal ini senada dengan penjelasan Pimpinan TPQ Nur Ichsan sebelumnya. "Mengedepankan ukhrawi maka Allah akan urus dunia kita," tambahnya.

Hidup sebagai santri pernah Jamaruddin alami dibawah bimbingan kuat K.H. Abdul Wahab Zakaria. Maka tidak heran ada kedekatan emosional yang ia rasakan ketika bertemu dengan para santri dan calon santri. Kehidupan di pondok memang sedikit lebih tegas daripada pendidikan formal pada umumnya, tapi ada pembentukan sikap, kebiasaan dan mental di dalamnya.

Ia yakin tidak ada guru yang menghukum santrinya semata-mata hanya karena ingin menyiksa. Ada bimbingan dan didikan di dalamnya yang mendorong santri menjadi lebih disiplin dan berhasil di kemudian hari. "Insyaallah jangan khawatir kalau sudah niat baik dan dengan doa kepada Allah, anak kita kelak menjadi generasi yang berhasil," tutup Jamaruddin.

(Din/Arg)

Editor: Andi Baly

Terpopuler

Terbaru

Menu Aksesibilitas
Ukuran Font
Default