Daerah

Kemenag Luwu Gelar Penguatan Moderasi Beragama Di Padang Sappa

Jumat, 13 Juni 2025
...

Padang Sappa (Kemenag Luwu) Kantor Kementerian Agama Kabupaten Luwu menggelar Kegiatan Penguatan Moderasi Beragama Intern Umat Beragama Tk. Kab. Luwu pada Kamis (12/6/2025), bertempat di Riskal Cafe Padang Sappa.

Kegiatan ini dihadiri oleh Plh. Kepala Kantor Kemenag Kab. Luwu yang juga merupakan pengurus MUI, Kasubag TU yang juga mewakili FKUB, Kasi Bimas Islam, Kepala KUA se- Kab. Luwu, Ketua IPARI Kab. Luwu, Penyuluh Agama Islam se- Kab. Luwu, Panitia serta pelaksana jabatan fungsional pada Kantor Kementerian Agama Kab. Luwu.

Dalam sesi pemaparan materi, Drs. H. Armin, M.Sos.I, menyampaikan bahwa moderasi beragama tidak sekadar tentang toleransi, melainkan juga menyentuh esensi nilai-nilai spritual dalam menyampaikan ajaran agama.

Ia juga menekankan bahwa penyampai pesan agama tidak harus tampil sebagai “ujung tombak”, namun cukup menjadi “tangan-tangan mulus” yang menyapa dengan kelembutan, menyampaikan pesan-pesan keagamaan dengan pendekatan psikologis dan penuh kearifan.

Lebih lanjut, Armin menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat nilai-nilai dalam kehidupan beragama yang tidak selalu tampak secara kasat mata, namun dapat dirasakan manfaatnya dalam kehidupan sosial.

“Nilai itu berbeda dengan prestasi. Nilai tidak selalu bisa diukur secara fakta, tapi bisa dirasakan manfaatnya seperti air dan emas yang nilainya sangat kontekstual,” jelasnya.

Selain penguatan moderasi, Armin juga mengajak para penyuluh agama untuk lebih responsif terhadap isu-isu sosial, seperti penguatan ekonomi syariah dan pengelolaan zakat, infaq, dan sedekah secara optimal sesuai syariat.

Sementara itu Kasubag TU Kemenag Kab. Luwu, H. Sukardi Yusuf, S.Ag., MM, dalam pemaparan materinya menekankan pentingnya moderasi beragama melalui pendekatan sistematis dan inspiratif di tingkat lokal maupun nasional.

“Berbicara tentang moderasi, ada sistem bagus yang bisa diterapkan di Kantor Urusan Agama (KUA), yakni Early Warning System untuk mendeteksi dini konflik,” jelas Sukardi. Meski tidak memaparkan secara teknis, ia mencontohkan beberapa praktis inspiratif sebagai motivasi.

Salah satu contoh nyata datang dari Kecamatan Lamasi Kabupaten Luwu, di mana dua rumah ibadah berdiri saling berhadapan, hanya dipisahkan  oleh sebuah lapangan. “Namun kehidupan masyarakat di sana tetap harmonis dan damai,”ujarnya.

Contoh lainnya adalah di Jakarta Pusat, tepatnya antara Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral yang berdiri megah berseberangan. “Sudah hampir seabad berdampingan tanpa konflik. Ini bukti nyata bahwa perbedaan keyakinan tidak menghalangi kedamaian,”tambahnya.

Ia juga menyebut tentang “Terowongan Silaturrahmi Cita Bangsa”, yang menghubungkan dua tempat ibadah besar itu. “Jalan bawah tanah ini bukan sekadar fasilitas, tapi simbol kuat interaksi damai antarumat beragama,”katanya dengan semangat.

Dengan nada puitis, Sukardi menggambarkan Masjid Istiqlal sebagai sosok “gagah dan pemimpin”, sementara Gereja Katedral sebagai “cantik dan feminin”. Ia pun berandai-andai, “Jika keduanya punya roh, mungkin bisa saling jatuh cinta.

Lebih jauh, ia menegaskan bahwa azan yang berkumandang dari Istiqlal dan dentang lonceng dari Katedral tak saling mengganggu. “Dua ruh, satu genggaman,”katanya. “Karena kita semua adalah saudara dalam kemanusiaan.

Ia pun menutup pemaparannya dengan kalimat makna, “Air wudhu dan air baptis mungkin tak bisa bersatu, tapi kita bisa berdoa bersama, dalam bahasa yang berbeda, demi perdamaian. Isl/Um.

Editor: Mawardi

Terpopuler

Terbaru

Menu Aksesibilitas
Ukuran Font
Default