Kemenag Sulsel Bekali Penyuluh Agama Jadi Kreator Konten Yang Inklusif Dan Inspiratif

Kontributor

MAKASSAR, KEMENAG SULSEL – Seiring perkembangan zaman, Penyuluh Agama Islam (PAI) dituntut melek IT, mengingat penggunaan mimbar atau forum resmi tidak lagi menjadi pilihan satu-satunya sebagai wadah penyampaian dakwah.
Penyuluh zaman now harus mampu memanfaatkan berbagai plat form media sosial, seperti TikTok, Instagram, Facebook dan YouTube sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan agama kepada umat.
Bahkan, Penyuluh harus menjadi influencer kebaikan yang bisa menyapa umat. Semangat itulah yang dihidupkan oleh Bidang Penaiz Kanwil Kemenag Sulsel melalui kegiatan bertajuk “Coaching Klinik Pembuatan Konten Digital Inklusif dan Transformatif bagi Penyuluh Agama Islam”.
Acara yang digelar di Aula Kanwil Kemenag Sulsel ini bukan sekadar pelatihan teknis, namun menjadi pintu masuk menuju peradaban dakwah yang lebih relevan, adaptif, dan menjangkau lebih luas, dari pelosok desa hingga layar kaca smartphone generasi muda.
Kegiatan
ini dibuka oleh Kepala Bidang Penerangan Agama Islam, Zakat dan Wakaf, H.
Mulyadi Iskandar dengan mengutip hadits yang menggugah hati,
“Barang siapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia akan mendapatkan pahala yang sama seperti orang yang melakukannya.” (HR. Muslim)
Ia juga menegaskan pentingnya peran penyuluh sebagai penjaga dan penyebar nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin, melalui media yang disukai masyarakat saat ini: konten digital.
“Kita harus bisa menyampaikan nilai-nilai agama lewat bahasa yang dipahami generasi masa kini. Semua kegiatan keagamaan harus mampu hadir di tengah masyarakat melalui media sosial, video pendek, podcast, hingga tulisan-tulisan yang menyentuh,” tegasnya.
Sebanyak 30 peserta pilihan dari Tim Efektif Media Sosial 7 Kabupaten / Kota, tim provinsi, dan peserta partisipatif daring dan luring, dibimbing untuk menjadi penyuluh yang kreatif, kolaboratif, dan melek teknologi.
Sebelumnya, Ketua Tim Penyuluh Agama Islam Kanwil Kemenag Sulsel, H. Sawedi, dalam laporannya menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari implementasi regulasi baru dari Dirjen Bimas Islam, yang menekankan pentingnya penyuluhan agama melalui media sosial sebagai sarana utama komunikasi di era digital.
Pelatihan ini menghadirkan para praktisi profesional sebagai narasumber, yakni, Alwiyah Nur Syarif dengan materi membedah cara berkomunikasi efektif yang menyentuh hati, Nursati Octavana – mengungkap rahasia menciptakan konten edukatif yang menarik dan penuh nilai, serta Ade Irma Suriyanti – membangkitkan semangat melek teknologi di kalangan penyuluh.
Para peserta diajak tidak hanya belajar, tapi langsung praktik membuat konten, mulai dari merancang ide, menulis naskah, hingga menyampaikan pesan yang kuat melalui format digital yang variative.
Pelatihan ini bukan akhir, melainkan permulaan baru. Di tengah tantangan era digital, para penyuluh agama ditantang untuk menjadi agen perubahan sosial yang inklusif, menyampaikan pesan agama yang menyejukkan, membumi, dan bisa diterima semua kalangan.
“Kita bukan sekadar hadir, tapi ingin tumbuh dan belajar bersama. Kita ingin melahirkan konten yang bukan hanya viral, tapi juga bermakna dan membawa maslahat,” ujar salah satu peserta.
Dengan
semangat kolaborasi dan inovasi, kegiatan ini menjadi langkah awal untuk
membangun ekosistem dakwah digital yang berdaya, berwarna, berakhlak dan
berdampak, sebagaimana quote menggugah dari panitia :
“Datang
bukan sekadar hadir, Tapi untuk tumbuh dan saling belajar. Semoga acara ini
jadi titik lahir, Konten kreatif yang inklusif. Dari Penyuluh, Untuk Semesta
Maya. ( Diah )