Daerah

Menembus Batas Ilmu: Fadila Tunnisa Basri Temukan Makna Pendidikan Di MAN 1 Kota Parepare

Foto Kontributor
Nurwina Busrah

Kontributor

Sabtu, 14 Juni 2025
...

Parepare, (Kemenag Parepare) - Di balik bangunan sederhana dan atmosfer akademik yang menggugah di MAN 1 Kota Parepare, tersimpan semangat pembaruan yang tak pernah padam. Semangat itu kembali menyala melalui langkah kecil namun berarti dari seorang mahasiswa Program Studi Manajemen Pendidikan Islam, Fakultas Tarbiyah, IAIN Parepare bernama Fadila Tunnisa Basri.

Sebagai bagian dari tugas skripsinya, Fadila Tunnisa Basri melaksanakan observasi dan wawancara mendalam di ruang inspirasi yang dikenal dengan nama Lolipop, akronim cerdas dari Lego Inspirasi Para Pemikir. Di sinilah ide-ide tak hanya tumbuh, tapi juga menemukan sayap untuk terbang tinggi.

Dalam pertemuan yang hangat namun penuh makna, Fadila Tunnisa Basri berkesempatan mewawancarai Khayadi, seorang pendidik yang bukan hanya mengajar, tapi juga membentuk, membimbing, dan menghidupkan jiwa pendidikan yang hakiki.

Dengan tutur kata yang lugas dan penuh semangat, Khayadi menegaskan bahwa pendidikan sejati bukan sekadar transfer ilmu, melainkan transformasi akhlak dan karakter.

“Ilmu tanpa akhlak ibarat pedang tanpa pemegang. Tajam, tapi membahayakan,” ujarnya tegas, Kamis, 12 Juni 2025.

Ia melanjutkan bahwa pendidikan yang ideal adalah harmoni antara IQ (kecerdasan intelektual), EQ (kecerdasan emosional), dan SQ (kecerdasan spiritual) fondasi utama dalam tiga ranah pendidikan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiganya bukan sekadar teori, melainkan nafas dari setiap proses belajar yang bermakna.

Tak hanya itu, Khayadi menyoroti urgensi penyeimbangan antara hard skill dan soft skill dalam dunia pendidikan.

“Kita sedang hidup di era yang tak cukup hanya dengan pintar, tapi juga harus bijak dan tangguh. Diksi dalam pendidikan kini harus disesuaikan dengan arah kecerdasan yang lebih utuh,” ungkapnya mantap.

Fadila Tunnisa Basri, dalam refleksi singkatnya, menyatakan kekagumannya terhadap ilmu dan pengalaman yang ia dapatkan di MAN 1.

“Saya tidak hanya mendapatkan data, tapi juga mendapatkan pencerahan. Pendidikan bukan lagi soal angka dan nilai, tapi tentang makna dan dampak,”ujarnya.

Di balik wawancara sederhana ini, tergambar bahwa api pendidikan sejati masih menyala, bukan hanya di papan tulis, tetapi dalam dialog, dalam nilai, dalam karakter. Semoga apa yang dilakukan Fadila Tunnisa Basri hari ini menjadi inspirasi bagi generasi pencari makna berikutnya.

Dan kepada para pendidik seperti Bapak Khayadi, terima kasih telah menjaga bara api peradaban ini tetap menyala, bukan untuk membakar, tapi untuk menerangi.(Akbar/Wn)

Editor: Andi Baly

Terpopuler

Terbaru

Menu Aksesibilitas
Ukuran Font
Default