Pembebasan Diri dari Saṃsara
oleh:
Miguel Dharmadjie, S.T., CPS®, CCDd®
Penyuluh Agama Buddha Non PNS
Uttiṭṭhe nappamajjeyya, Dhammaṁ sucaritaṁ care
Dhammacārī sukhaṁ seti, Asmiṁ loke paramhi ca.
Bangun, jangan lengah! Tempuhlah kehidupan benar.
Orang yang menjalani kehidupan benar akan berbahagia,
di kehidupan ini maupun di kehidupan selanjutnya.
(Dhammpada, Syair 168)
Terlahir sebagai manusia dan menjalani kehidupan di dunia ini, tidak serta merta terjadi secara tiba-tiba. Melainkan konsekuensi dan hasil kumpulan perbuatan (kamma) yang telah kita lakukan pada kehidupan-kehidupan sebelumnya. Baik kamma melalui pikiran, ucapan, maupun perilaku jasmani. Kelahiran dan kehidupan kita sangat berkaitan erat dengan Hukum Kamma.
Hukum Kamma merupakan hukum kesetimpalan antara sebab dan akibat dari perbuatan yang kita lakukan. Melakukan sebab perbuatan yang secara moral tidak baik, maka efeknya akan menimbulkan penderitaan. Sebaliknya, melakukan sebab perbuatan yang secara moral baik, maka efeknya akan menghasilkan kebahagiaan. Secara hukum kamma, kita adalah pencipta dari kehidupan kita sendiri.
Hukum Kamma bekerja di dalam kehidupan dan berlaku di 31 alam kehidupan. Tiga puluh satu alam kehidupan ini dikenal dengan istilah saṃsara. Yaitu : proses transmigrasi perpindahan makhluk dari satu kehidupan ke kehidupan lain (siklus kelahiran dan kematian). Dimana setiap kelahiran akan diikuti oleh kematian dan setiap kematian akan diikuti pula dengan kelahiran. Siklus ini berputar pada makhluk yang masih terjebak pada hukum kamma; yang belum mampu melampaui hukum kamma.
Kehidupan saat ini bukanlah kehidupan kita yang terakhir. Kehidupan kita saat ini adalah kehidupan yang mungkin sudah tidak terhitung lagi. Di masa lalu kita sudah hidup untuk jangka waktu yang lama sekali. Dan sampai hari ini pun kita masih terus melakukan perbuatan baik dan buruk.
Sang Buddha berkata: “Para Bhikkhu, saṃsara ini adalah tanpa awal yang dapat ditemukan. Titik pertama tidak terlihat oleh makhluk-makhluk yang berkelana dan mengembara. Terhalangi oleh kebodohan dan terbelenggu oleh keinginan.
Akan tiba saatnya, para Bhikkhu, ketika samudera raya mengering, menguap dan tidak ada lagi. Tetapi Aku mengatakan, tetap saja tidak mengakhiri penderitaan bagi makhluk yang berkelana dan mengembara. Terhalangi oleh kebodohan dan terbelenggu oleh keinginan.”
Saṃsara merupakan siklus penderitaan yang terus terulang, di mana makhluk tetap terlahir kembali. Yang berarti makhluk tersebut akan tetap terus terikat dengan hukum kamma. Samudera saṃsara tidak terhingga banyaknya dan tidak terhingga lamanya.
Selama seseorang masih terhalangi oleh kebodohan batin (moha) dan terbelenggu oleh keinginan (tanha), serta masih terus menerus melakukan perbuatan (kamma). Selama itu pula siklus saṃsara akan terus berlangsung, berulang-ulang. Dan siklus ini bisa saja tanpa akhir.
Bagi seseorang yang tidak mau belajar dan memahami Kebenaran Universal (Dhamma). Serta tidak mau berlatih kedermawanan (dana), moralitas (sila) dan konsentrasi (samadhi). Maka perjalanan ini bisa saja tanpa akhir. Bahkan pada saat alam semesta ini hancur, perjalanan juga akan terus berlangsung.
Hanya para Arahat dan para Buddha yang sudah berhasil meraih kesucian secara sempurna saja, yang dapat menghentikan siklus saṃsara ini. Karena penyebab kelahirannya sudah sirna dan sudah berhasil dipatahkan. Mereka adalah orang yang telah mencapai Kebahagiaan Tertinggi (Nibbana); sudah tidak ada lagi kelahiran dan kematian.
Kehidupan yang masih dicengkeram oleh kelahiran kembali adalah penderitaan. Karenanya sebagai umat Buddha, mari kita berjuang memutuskan roda saṃsara dalam kehidupan saat ini juga. Atau paling tidak berjuang semaksimal mungkin untuk mengakhiri penderitaan dalam kehidupan saat ini.
Dalam Dhammapada syair 182, Sang Buddha bersabda: “Sungguh sulit untuk dapat terlahir sebagai manusia, sungguh sulit untuk dapat bertahan hidup. Sungguh sulit untuk dapat mendengarkan Dhamma, sungguh jarang terjadi kelahiran para Buddha.”
Untuk itu, manfaatkanlah sebaik-baiknya kesempatan saat kita terlahir sebagai manusia untuk memiliki pandangan benar (samma ditthi). Agar dapat memahami cara bekerjanya hukum-hukum alam (Dhamma Niyama) di dalam kehidupan ini, termasuk Hukum Kamma.
Serta mempelajari, mempraktikkan dan merealisasi Dhamma dalam kehidupan sehari-hari. Hingga pada akhirnya kita dapat terbebas dari siklus saṃsara dan merealisasi Nibbana.
Semoga semua makhluk berbahagia.*(mi_dhata)
Biodata Penulis:
Nama: Miguel Dharmadjie, S.T., CPS®, CCDd®
Profesi: Pembicara Publik, Dhammaduta, Penyuluh Agama Buddha Non PNS, Penyuluh Informasi Publik (PIP), dan Penulis.