Penyuluhan BRUS: Siswa MAN Tana Toraja Dibekali Nilai Religius Dan Kesiapan Mental

Kontributor

Makale, Humas Tana Toraja — Suasana penuh semangat dan motivasi menyelimuti kegiatan Bimbingan Remaja Usia Sekolah (BRUS) yang digelar di MAN Tana Toraja. Dalam kegiatan penyuluhan yang ditujukan kepada siswa-siswi madrasah tersebut, Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Makale bersama Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat Islam Kantor Kemenag Tana Toraja menyampaikan pesan-pesan inspiratif yang sarat nilai keagamaan dan pembentukan karakter.
Kasi Bimas Islam, H. Arifuddin, dalam sambutannya mengajak para siswa untuk bersyukur karena menempuh pendidikan di madrasah. Ia menegaskan bahwa madrasah bukan sekadar lembaga pendidikan formal, tetapi tempat yang mengajarkan keseimbangan antara ilmu pengetahuan umum dan nilai-nilai keislaman yang akan menjadi bekal berharga di masa depan.
“Sekolah di madrasah itu ada nilai lebihnya. Bersyukurlah karena pendidikan yang kalian dapatkan di sini akan menjadi bekal besar di masa depan,” tuturnya penuh semangat.
Lebih jauh, H. Arifuddin juga menyampaikan pentingnya pemahaman mengenai usia minimal pernikahan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Ia mengingatkan bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019, usia minimal pernikahan adalah 19 tahun untuk laki-laki maupun perempuan.
“Jangan mudah tergoda ajakan menikah muda. Persiapkan diri kalian menjadi calon pengantin yang siap secara mental, ilmu, dan agama,” pesannya kepada para remaja madrasah.
Kegiatan BRUS ini bukan sekadar agenda rutin, melainkan bagian dari program pembinaan Kementerian Agama yang bertujuan membentuk generasi muda yang cerdas, religius, dan siap menghadapi tantangan masa depan dengan integritas dan akhlak mulia.
Sementara itu, Kepala KUA Kecamatan Mengkendek, H. Irwan Arif, yang juga menjadi fasilitator dalam kegiatan ini, membagikan kisah masa kecilnya di daerah kepulauan Pangkep. Ia menggambarkan kehidupan sederhana dan penuh perjuangan yang ia jalani, mulai dari menggembala ternak hingga belajar mengaji tanpa bantuan teknologi.
“Dulu kami mengaji tidak ada HP, belajar seadanya, dan membalas jasa guru dengan mengambil air dan kayu bakar. Tapi dari situlah kami belajar tanggung jawab dan nilai kehidupan,” kenangnya.
Pesan moral dan nilai perjuangan yang disampaikan memberikan motivasi kuat bagi para siswa untuk tidak mudah menyerah dan tetap semangat menuntut ilmu di tengah perkembangan zaman yang serba cepat.
Acara ditutup dengan harapan agar siswa-siswi madrasah terus mengembangkan potensi diri dan menjadikan masa belajar di madrasah sebagai landasan kokoh menuju masa depan yang gemilang. (Imm)