Bedah Buku Biografi KH Yusuf Hasyim, Ali Yafid : Kiprah Dan Dedikasih Beliau Menjadi Teladan

Kontributor

Makassar, HUMAS KEMENAG – Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Selatan, H. Ali Yafid hadir sebagai pembicara pada acara Bedah Buku Biografi KH Yusuf Hasyim yang digelar di Hotel Claro Makassar, Sabtu 26 April 2026.
Bedah buku berjudul “Kiai Militer Pengawal Ideologi NKRI Berbasis Pesantren” ini dihadiri langsung Gus Irfan, putra kelima KH Yusuf Hasyim yang saat ini menjabat sebagai Kepala Badan Penyelenggara Haji RI. Pembicara lainnya adalah KH. Bahar HS, Rais Syuriah PWNU Sulsel.
Menurut Ali Yafid, Kiprah KH Yusuf Hasyim dalam memperjuangkan dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta dedikasinya mempertahankan ideologi Pancasila dari rongrongan PKI menjadi teladan bagi generasi bangsa ini.
“Gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama. KH Yusuf Hasyim meninggalkan sejarah panjang bagi bangsa ini. Kiprah dan dedikasi beliau selaku santri dan Militer menjadi teladan bagi generasi bangsa ini,” ucapnya.
Ditambahkan, hal lain yang menjadi contoh dari KH Yusuf Hasyim adalah sikap beliau yang tidak ngotot mempertahankan tampuk kepemimpinan sebagai pimpinan pondok pesantren.
“Sebagai pimpinan Pondok, beliau tidak ngotot menjadi pimpinan pondok pesantren seumur hidup. Ini salah satu contoh bahwa untuk melanjutkan tampuk kepimpinan dibutuhkan regenerasi agar lebih maju, lebih sehat dan lebih berkembang,” ungkapnya.
“Sikap tidak pendendam dari Kiai juga layak diteladani. Di zaman orde baru beliau terabaikan, namun disaat Soeharto lengser malah lebih dekat.
Berbuat baiklah pada orang yang berbuat jahat kepada kita,” pungkasnya dengan menukil hadits Nabi.
KH Yusuf Hasyim Diusul Menjadi Pahlawan Nasional
Mochammad Irfan Yusuf, atau akrab disapa Gus Irfan pada kesempatan ini mengungkapkan bahwa sejumlah Kiai dan pimpinan pondok pesantren mengusulkan KH Yusuf Hasyim menjadi pahlawan nasional.
“Saya pribadi pada awalnya tidak setuju dengan usulan ini karena beliau memang tidak ingin dijadikan pahlawan, tapi para kiai mengatakan bahwa ini bukan untuk beliau tapi untuk bangsa ini, untuk pesantren, dan untuk santri,” ujar Gus Irfan.
Kepala BP Haji ini mengatakan, meskipun ia memiliki banyak relasi namun ia tidak pernah mau “cawe-cawe” untuk menggolkan pengusulan ayahnya sebagai pahlawan nasional.
“Usulannya sudah masuk di Kemenasos. Meskipun saya memiliki banyak relasi tapi saya tidak mau cawe-cawe, biarlah semua mengalir dengan sendirinya. Kalau itu terjadi, itu karena harapan dan perjuangan dari masyarakat banyak,” tuturnya.
Pesan penting yang disampaikan oleh cucu pendiri NU KH Hasyim Asy'ari dalam closing stetaemennya pada bedah buku ini adalah bagaimana menjadikan diri kita bermanfaat bagi orang lain dan bangsa ini.
“Khairunnas anfa'uhum linnas. Sebaik-baik manusia adalah bermanfaat bagi manusia lainnya. Ketika usai 16 tahun beliau berjuang di Hasbullah, berjuang pada saat jadi Tentara. Di Anshor bukan sekadar memakai seragam Banser tapi memberi manfaat, di Partsi NU dan DPR GR juga tetap memberi manfaat, bukan sekadar menikmati fasilitas tapi betul-betul memberi manfaat bagi masyarakat,” urainya.
Terakhir, Gus Irfan mengimbau agar hadirin tetap menjaga hubungan kekerabatan dan silaturrahmi walau berbeda pandangan dengan mencontohkan kisah ayahnya yang menjadi oposan Soeharto di zaman Orde Baru, namun justru paling dekat setelah Soeharto lengser.
“Walau kita berbeda padangan politik, tapi secara kekeluargaan kita tetap bagian dari bangsa indonesia,” tandasnya.
Bedah buku ini turut dihadiri Kabid PHU H. Ikbal Ismail, para Kepala Kantor Kemenag kabupaten – kota se-Sulsel bersama para Kepala Seksi PHU, sejumlah pimpinan Pondok Pesantren, Pimpinan Ormas dan CEO BSI Regional Wilayah Makassar.
Untuk diketahui, Buku "Kiai Militer Pengawal Ideologi NKRI Berbasis Pesantren" ini menceritakan kisah hidup dan perjuangan KH. M. Yusuf Hasyim, seorang tokoh yang memiliki peran penting dalam dunia militer dan keagamaan, serta dalam menjaga ideologi NKRI.
Buku ini mengungkap bagaimana KH. Yusuf Hasyim, yang memiliki latar belakang pesantren, juga terlibat aktif dalam perjuangan kemerdekaan dan menjaga stabilitas negara. Buku ini menjelaskan bagaimana beliau mengintegrasikan nilai-nilai pesantren dengan semangat bela negara dan pengabdian kepada bangsa. (AB)