Cegak Konflik Sosial Keagamaan, Kemenag Maros Gelar Bimbingan Terpadu Di Desa Bonto Somba

Kontributor

Maros (Kemenag Maros) -- Cegah konflik sosial berdimensi
keagamaan, Kemenag Maros menggelar bimbingan dan penyuluhan terpadu dan
berkelanjutan di Dusun Bonto-Bonto, Desa Bonto Somba, Kecamatan Tompobulu,
Kamis (31/7/2025).
Kegiatan bertujuan untuk memberikan pemahaman keagamaan moderat
dan mencegah paham keagamaan menyimpang dan meresahkan. Rancangan kegiatan
berkelanjutan, supaya bisa menyentuh masyarakat di daerah dengan akses yang cukup
sulit.
Desa Bonto Somba dipilih sebagai lokasi kegaiatan, karena wilayah
ini pernah berkembang kelompok paham keagamaan ‘Pangisengngana Tarekat Ana
Loloa’ yang menghebohkan warga dan telah difatwa sesat oleh MUI Maros.
Kegiatan terpadu bersama MUI, Baznas, PCNU Maros dan IPARI,
berlangsung di Masjid Nurul Ghufron Dusun Bonto-Bonto.
Hadir sejumlah tokoh penting saat kegiatan: Kepala Kantor
Kementerian Agama (Kakankemenag) Maros H. Muhammad, Asisten 1 Pemkab Maros
Amiruddin, Kabag Kesra Andi Dermawan, Kapolsek Tompobulu AKP Makmur, Ketua MUI
Maros KH. Syamsul Khalik, Ketua Baznas Ansar Taufik dan Ketua PCNU Maros KH.
Ibnu Hajar Arif, serta Ketua BWI H. Said Patombongi. Hadir pula, kepala KUA 14
kecamatan dan para penyuluhnya.
Tantangan Pendidikan Keagamaan di Bonto Somba
Kepala Desa Bonto Somba, Suparman, mengungkapkan berbagai
kendala aksesibilitas, terutama terkait pendidikan keagamaan bagi warganya.
“Kekurangan kami yaitu SDM. Pendidikan di sini sangat
memprihatinkan, terlebih di Kampung Pattung yang berada di ujung dusun ini,”
jelasnya.
“Di sana anak-anak tidak mendapatkan hak pendidikan yang
wajib mereka dapatkan. Karena kurangnya pendidikan ini, menjadi penyebab utama
masyarakat kita gampang dipengaruhi oleh paham-paham yang menyimpang di luar
sana. Sudah banyak kasus yang ditemukan di sini.
“Saya berterima kasih dengan adanya kegiatan ini. Insyaallah
bisa membantu masyarakat kita dalam memahami paham keagamaan yang benar sesuai
dengan syariat,” ucapnya.
Komitmen Stakeholder untuk Pembinaan Berkelanjutan
Kapolsek Bontosomba, Makmur, dalam sambutannya menyambut
baik kegiatan dan memberikan komitmen dukungan. “Terima kasih atas adanya
kegiatan ini untuk membantu masyarakat di Bonto Somba. Dan tentunya seperti
judul kegiatan ini, terpadu dan berkelanjutan, jadi tidak hanya hari ini.
“Saya janji kepada masyarakat di sini bahwa saya akan
menghadirkan orang-orang yang lebih paham tentang keagamaan untuk membimbing
masyarakat sekalian,” tegasnya.
Kakankemenag Maros, H. Muhammad, dalam arahan menyampaikan
komitmen Kemenag dalam membina masyarakat.
“Dalam berdakwah ada dua aspek, pembinaan dan pengembangan.
Penyuluh fokus untuk pembinaan dengan cara memelihara kepercayaan sesuai dengan
agama masyarakat tersebut.
“Jadi para penyuluh harus memastikan dahulu agama
masyarakat, sehingga dapat membina sesuai dengan ajaran agama. Kita ini wajib
membina masyarakat, bertanggung jawab dengan tugas kami. Jangan ada alasan
jarak jauh atau apalah itu. Ini tugas kita, untuk membina masyarakat menuju
kebaikan yang berkelanjutan,” tegas Kakankemenag.
Solusi Konkret dan Langkah ke Depan
Kegiatan ini juga ditandai dengan penyerahan cendera mata, buku
Iqra oleh Kakankemenag Maros Muhammad kepada Kepala Desa Bonto Somba Suparman. Simbolis,
bentuk kepedulian terhadap pendidikan keagamaan kepada warga masyarakat di
sana.
Sementara Asisten 1 Pemkab Maros, Amiruddin, yang mewakili bupati,
memberikan apresiasi kegiatan dan menekankan pentingnya sinergi serta
koordinasi.
Selanjutnya, kegiatan diisi dengan ceramah keagamaan yang disampaikan
Ketua MUI KH. Syamsul Khalik dan Ketua PCNU Maros KH. Ibnu Hajar Arif.
Terkait problem aksesibititas pendidikan di Bonto Somba, KH
Ibnu Hajar menawarkan solusi. “Pak Desa, data anak-anak di sini yang mau
sekolah, nanti masukkan di pesantren saya. Nol rupiah,” ucapnya disambut tepuk
tangan warga Bonto Somba.
Mengakhiri forum, Kepala Seksi Bimas H. Ramli, menyampaikan
bahwa kegiatan ini merupakan langkah awal membangun harmoni sosial di Desa
Bonto Somba.
Ia menyatakan bahwa kegiatan lintas sektor yang dirancang
berkelanjutan ini, diharapkan masyarakat dapat terhindar dari paham keagamaan
menyimpang dan membuka akses pendidikan yang lebih baik bagi anak-anak di Desa
Bonto Somba. Terkhusus, sebagai upaya mencegah konflik berdimensi keagamaan di
masyarakat.