Dari Pegunungan Gowa, Siswa MAN IC Gowa Bersinar Di Kancah Internasional The 6th ISC 2025

Kontributor

Bali (Kemenag Gowa). Diantara desir angin Pulau Dewata dan semilir ilmu yang mengalir dalam forum akademik lintas negara, dua siswa terbaik dari MAN Insan Cendekia Gowa telah mengukir jejak prestasi yang membanggakan dalam The 6th International Seminar on Chemistry (ISC-2025).
Diselenggarakan oleh Universitas Padjadjaran bekerja sama dengan Himpunan Kimia Indonesia (HKI), kegiatan bergengsi ini menjadi ruang pertemuan ilmuwan muda dari tujuh negara, merangkai semangat sains dalam bingkai kolaborasi global, 8-9 Mei 2025.
Dalam forum ilmiah internasional yang diikuti oleh 119 peserta oral presentation dari negara-negara seperti Indonesia, Malaysia, Vietnam, Italia, Yaman, India, dan Kongo, serta Plenary Speakers dari Jepang, Indonesia, Malaysia, Inggris, Amerika Serikat, dan Spanyol, dua nama dari bumi Gowa berkibar penuh kebanggaan.
Adalah A. Muh. Alif Asir, dengan karya tulis ilmiahnya berjudul “ECYLIUM Soap: An Environmentally Friendly Antiseptic Paper Soap Innovation Based on the Utilization of Eco-Enzyme and Rambutan (Nephelium lappaceum L.) Peel Extract”
Kemudian ada Siti Afifah dengan karya tulis ilmiahnya berjudul “From Waste to Wellness: Exploring Bioactive Compounds and Antioxidant Potential of South Sulawesi’s Endemic Borassus flabellifer L.”
Melalui proses panjang sejak tahun 2024, keduanya telah menapaki jalur riset yang dimulai dari eksplorasi laboratorium, penulisan abstrak, seleksi ketat tingkat internasional, hingga presentasi ilmiah di hadapan pakar dan akademisi dunia. Tak tanggung-tanggung, dari ratusan peserta, hanya dua siswa sekolah menengah yang tampil sebagai oral presenter—dan keduanya berasal dari MAN Insan Cendekia Gowa. Ini bukan hanya catatan sejarah, namun juga inspirasi bagi generasi pembelajar berikutnya.
Dalam gelombang presentasi ilmiah yang kompetitif, Muh. Alif Asir dinobatkan sebagai Best Oral Presentation ISC 2025, membuktikan bahwa pelajar Indonesia mampu bersaing di panggung global dengan solusi inovatif dan berwawasan lingkungan. Dalam testimoninya, Alif menyampaikan, “Ilmu bukan sekadar kumpulan rumus, tapi lentera yang menuntun manusia untuk menjaga bumi. Lewat ECYLIUM, kami ingin membuktikan bahwa dari limbah sekalipun, harapan bisa tumbuh menjadi solusi,".
Kesuksesan mereka tak lepas dari bimbingan dan dedikasi Ayu Mutmainnah Halim, guru kimia yang tak hanya membimbing secara akademik, tetapi juga menyalakan semangat peneliti muda agar berani bermimpi lebih tinggi.
“Melihat siswa-siswa kami berdiri sejajar dengan peneliti internasional adalah anugerah yang tak ternilai. Ini adalah buah dari kesungguhan, kerja keras, dan cinta pada ilmu pengetahuan,” ungkap Ayu dengan rasa haru.
Begitu pula dukungan yang sangat luar biasa dari Kepala MAN Insan Cendekia Gowa, Burhanuddin. Ia menyampaikan kebanggaan dan apresiasinya terhadap langkah ilmiah siswa ini.
“Mereka bukan hanya membawa nama sekolah, tapi juga nama bangsa. Keikutsertaan ini adalah bentuk diplomasi ilmiah yang harus terus dirawat. Kami akan selalu mendukung publikasi ilmiah siswa sebagai investasi untuk pperadaban, " tuturnya penuh semangat.
Lebih dari sekadar kompetisi, partisipasi dalam forum ISC 2025 merupakan langkah strategis untuk membuka jalan menuju publikasi ilmiah internasional bereputasi. Dengan dukungan penuh dari madrasah, penelitian siswa diharapkan dapat menjadi sumbangsih nyata bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam isu lingkungan dan kesehatan masyarakat.
Meskipun terkadang dianggap madrasah yang jauh di pegunungan desa, tetapi sekali lagi MAN IC Gowa membuktikan bahwa bukan jarak yang menentukan prestasi tetapi keinginan dedikasi yang tinggi. Semangat MAN Insan Cendekia Gowa untuk terus mencetak generasi ilmuwan muda berkelas dunia tak pernah padam. Karena di tangan para pelajar inilah, masa depan sains Indonesia sedang ditulis dengan tinta prestasi dan dedikasi.(Din/OH)