Detoks Digital : Saatnya Kita Kembali Ke Dunia Nyata

Kontributor

Oleh : Alimuddin, S.Pd.I., M.Pd., C.ET., C.QEM
Penulis adalah Direktur Pesantren Babussalam Arrahmah, Wakamad Humas MAN Gowa, Wakil Ketua MUI Kec. Tompobulu dan Wakil Ketua Kwarran Tompobulu)
Di zaman yang serba digital ini, kita hidup dalam pusaran notifikasi, scroll tanpa akhir, dan ketergantungan terhadap gawai yang kian hari kian mengkhawatirkan. Gadget yang awalnya menjadi alat bantu, kini perlahan mengendalikan hidup banyak orang. Anak-anak, remaja, bahkan orang dewasa kian sulit lepas dari layar, seakan dunia nyata tak lagi menarik.
Fenomena ini dikenal sebagai kecanduan digital—kondisi di mana seseorang merasa cemas, tidak nyaman, bahkan panik jika jauh dari perangkat digitalnya. Waktu bersama keluarga tergantikan oleh layar. Percakapan hangat berubah menjadi hening karena semua sibuk dengan dunia maya.
Sebagai pendidik, tokoh masyarakat, dan orang tua, kita tak boleh diam. Kita harus mengajak generasi hari ini untuk kembali menyadari indahnya dunia nyata, pentingnya interaksi sosial yang hangat, serta nilai spiritual yang hanya bisa dirasakan dengan hadir penuh dalam kehidupan sehari-hari.
Mengapa Kita Perlu Detoks Digital?
1. Mengembalikan Fokus dan Produktivitas
Gawai membuat kita mudah terdistraksi. Detoks digital membantu otak kita untuk kembali fokus dan lebih produktif.
2. Menjaga Kesehatan Mental dan Emosi
Terlalu sering menatap layar dan media sosial dapat menimbulkan kecemasan, stres, dan rasa tidak cukup. Dengan mengurangi waktu layar, kita memberi ruang bagi ketenangan dan kedamaian jiwa.
3. Menguatkan Hubungan Sosial
Dunia nyata adalah tempat kita membangun hubungan yang tulus dan bermakna. Saatnya berbincang kembali dengan keluarga, bertemu teman tanpa gawai sebagai pengganggu.
4. Memperkuat Hubungan dengan Allah SWT
Waktu kita yang tersita oleh dunia maya seringkali mengurangi kualitas ibadah. Dengan detoks digital, kita bisa kembali fokus pada dzikir, tilawah, dan shalat dengan khusyuk.
Langkah Sederhana untuk Memulai Detoks Digita
Tetapkan zona tanpa gadget, misalnya saat makan, menjelang tidur, dan ketika berkumpul bersama keluarga.
Tentukan waktu khusus untuk online, bukan sepanjang hari.
Isi waktu luang dengan aktivitas nyata: membaca buku, berjalan di alam, menulis jurnal, atau berdiskusi.
Ajarkan anak kita tentang literasi digital yang sehat dan bijak.
Sudah saatnya kita bangun dari “tidur digital” yang panjang. Mari kembali menapaki dunia nyata dengan langkah yang lebih tenang, sadar, dan bermakna.
"Detoks digital bukan berarti meninggalkan teknologi, tapi menjadikannya kembali sebagai alat, bukan tuan".