oleh:
Miguel Dharmadjie,
S.T., CPS®, CCDd®
Penyuluh Agama Buddha Non PNS
Dhammapīti sukhaṃ seti,
vippasannena cetasā.
Ariyappavedite dhamme,
sadā ramati paṇḍito.
Ia yang mengenal Dhamma akan hidup berbahagia dengan pikiran yang
tenang.
Orang bijaksana selalu bergembira dalam ajaran yang dibabarkan oleh
para Ariya.
(Dhammapada, Syair 79)
“Pergilah, o para Bhikkhu, demi kebaikan
banyak pihak, demi kebahagiaan banyak pihak. Atas dasar kasih sayang kepada
dunia, demi kebaikan, manfaat, dan kebahagiaan para dewa dan manusia. Janganlah
dua orang pergi dalam satu arah.
Ajarkanlah, o para Bhikkhu, Dhamma yang
indah pada awal, indah pada pertengahan, indah pada akhirnya; baik yang
tersirat maupun tersurat. Nyatakanlah Kehidupan Suci yang sempurna dan murni,”
demikian dikatakan Sang Buddha. Ketika pertama kali mengutus enam puluh orang
Arahat membabarkan Dhamma; atas dasar kasih sayang kepada banyak pihak.
Kalimat tersebut memiliki makna filosofi
mendalam. Bahwa, Dhamma ajaran Guru Agung Buddha adalah ajaran mulia yang indah
pada awal, indah pada pertengahan, dan indah pada akhirnya. Dan, Dhamma
dibabarkan oleh Guru Agung Buddha atas dasar cinta kasih dan kasih sayang
kepada dunia. Demi kebaikan, manfaat, dan kebahagiaan para dewa dan manusia.
Dhamma adalah ajaran mulia berisikan
pedoman moral dan filsafat yang menuntun kita menuju kebahagiaan. Dhamma
merupakan hukum kebenaran universal; yang mengajarkan bahwa sesungguhnya,
sumber kebahagiaan dan penderitaan ada di dalam diri kita sendiri.
Mustahil kita dapat memberikan kebahagiaan
sejati dan abadi kepada orang lain, begitupun sebaliknya. Tidaklah mungkin
orang lain dapat memberikan kita kebahagiaan sejati dan abadi sebagai hadiah.
Dhamma mengajarkan bahwa untuk mencapai
kebahagiaan kita harus bertanggungjawab atas diri sendiri. Kebahagiaan
merupakan hasil usaha kemampuan diri sendiri. Dengan menyadari hal ini, kita
tidak akan mudah menyalahkan kondisi atau pihak lain atas penderitaan yang
sedang dialami.
Namun, kita mampu menjadi orang yang
bertanggung jawab dan mandiri. Akan setiap pikiran, ucapan dan perilaku yang
kita lakukan agar kebahagiaan hidup dapat diraih.
Untuk dapat hidup bahagia, setiap orang
hendaknya memiliki pengertian yang benar tentang fenomena kehidupan ini.
Memiliki pemahaman tentang apa yang dinamakan “diri” dan memiliki pengetahuan
tentang jalan menuju pada Kebahagiaan Sejati (Nibbana).
Semua ajaran Guru Agung Buddha berintikan
pada tiga hal. Yaitu: tidak melakukan segala bentuk kejahatan, senantiasa
mengembangkan kebajikan dan sucikan hati dan pikiran.
Sehingga sebagai umat Buddha kita hendaknya
dapat melaksanakan tiga tahapan Dhamma. Belajar teori dengan tekun (pariyatti
dhamma) dan praktik dalam kehidupan sehari-hari (patipatti dhamma).
Serta hasil penembusan setelah belajar teori dan praktik dalam kehidupan
sehari-hari (pativedha dhamma).
Dengan dapat melaksanakan ketiga tahapan
Dhamma tersebut secara tekun dan konsekuen, maka bukan hanya kebahagiaan
duniawi yang akan dapat dicapai. Tetapi, pada akhirnya pula Kebahagiaan Sejati
(Nibbana) akan dapat terealisasi.
Karenanya, umat Buddha hendaknya dapat
bersemangat mempelajari, mendalami, mengerti, dan mempraktikkan. Serta
merealisasikan nilai-nilai universal Dhamma dalam kehidupan sehari-hari.
Tanpa adanya praktik Dhamma, kita hanya
akan menjadi umat Buddha yang sekadar mengetahui keindahan Dhamma. Namun tidak
dapat merealisasikannya dalam kehidupan kita.
Mengenal Dhamma adalah berkah terbesar bagi
umat Buddha. Sebagai langkah awal untuk mempelajari dan mempraktikkan
nilai-nilai Dhamma dalam kehidupan guna meraih kebahagiaan.
Dengan Dhamma, kebahagiaan hidup akan dapat
dicapai dan hidup ini akan menjadi semakin indah. Kehidupan yang dijalani pun
akan semakin berkualitas, bermanfaat dan menjadi berkah bagi orang lain dan
lingkungan sekitar.
Semoga semua makhluk
berbahagia.*(mi_dhata)
Biodata Penulis:
Nama : Miguel Dharmadjie, S.T., CPS®,
CCDd®
Profesi : Pembicara Publik, Dhammaduta, Penyuluh Agama Buddha Non PNS, Penyuluh.