Daerah

Kakanwil NTB Dan Jajaran Ziarah Di Makam Tua Tosora: Menapak Jejak Keulamaan Nusantara Di Bumi Wajo

Foto Kontributor
NH. YANTO

Kontributor

Selasa, 07 Oktober 2025
...

JENEPONTO (Humas Kemenag) – Di bawah langit teduh Tosora, jejak sejarah Islam masih berbisik melalui batu-batu tua dan sisa dinding masjid yang pernah menjadi pusat syiar. Di tempat inilah, pada Jumat (3/10/2025), Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat (Kakanwil NTB), H. Zamroni Azis, bersama istri dan jajaran, melangkah penuh takzim menapaki kompleks Makam Tua Tosora di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan.

Kunjungan tersebut bukan sekadar ziarah, melainkan perjalanan spiritual untuk mengenang Assyekh Al-Habib Jamaluddin Al-Akbar Al-Husaini, ulama besar dan keturunan Rasulullah SAW yang diyakini sebagai penyebar awal Islam di wilayah timur Nusantara.

Dalam rombongan itu turut hadir Kasubbag TU Kemenag Jeneponto, Hj. Salmah, beserta jajaran. Doa bersama dipanjatkan di pelataran makam tua yang penuh ketenangan, mengingatkan setiap peziarah akan nilai pengabdian dan keikhlasan dalam dakwah Islam.

Sisa mihrab masjid tua Tosora masih berdiri kokoh, sementara dinding-dinding lainnya kini tinggal pondasi batu namun tetap menyimpan kisah kejayaan masa silam. Di area sekitar, tampak bedug khas dari kulit sapi, makam-makam kuno, serta lukisan Assyekh Al-Habib Jamaluddin Al-Akbar Al-Husaini lengkap dengan silsilah keturunannya, seolah menghidupkan kembali semangat dakwah yang pernah berkobar di masa lampau.

“Kami ingin mengambil hikmah dan teladan dari perjuangan para ulama terdahulu. Dari mereka kita belajar ketulusan, pengabdian, dan semangat dakwah yang tak lekang oleh waktu,” ungkap H. Zamroni Azis.

Sementara itu, Hj. Salmah menyebut ziarah ke Tosora sebagai pelajaran hidup yang menguatkan nilai religius dan kebangsaan.

“Ziarah ini memberi kita pelajaran berharga tentang pentingnya menjaga warisan keagamaan dan sejarah peradaban Islam di daerah,” ujarnya.

Tosora bukan sekadar tempat bersejarah, melainkan penanda perjalanan spiritual Islam di tanah Bugis. Di antara reruntuhan dan doa, menemukan makna baru tentang keberlanjutan dakwah dan pentingnya merawat warisan keulamaan, warisan yang menjadi jembatan antara masa lalu yang penuh cahaya dan masa kini yang terus berikhtiar menuju kemuliaan.(NR)

Editor: Andi Baly

Terpopuler

Terbaru

Menu Aksesibilitas
Ukuran Font
Default