Lintas Agama Bersatu Rawat Bumi: Kemenag Makassar Gelar Dialog Ekoteologi Di Hari Bumi 2025

Kontributor

Makassar (Kemenag Makassar)– Dalam rangka memperingati Hari Bumi Tahun 2025, Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Makassar menggelar Dialog Ekoteologi Lintas Agama dengan tema "Pandangan Agama dalam Hubungan Manusia, Alam, dan Lingkungan", bertempat di Aula Gedung SBSN MAN 3 Kota Makassar, Selasa (22/4/2025).
Kegiatan ini menjadi rangkaian dari aksi penanaman pohon matoa sebagai bagian dari Gerakan Penanaman Sejuta Pohon yang melibatkan tokoh-tokoh lintas iman dan komunitas pendidikan madrasah di Kota Makassar.
Kepala Kemenag Kota Makassar, H. Irman, dalam sambutannya menekankan pentingnya menjaga keberlangsungan program seperti ini secara berkelanjutan: “Program seperti ini gampang dirancang, tapi tantangannya adalah pada rutinitasnya. Sosial kemanusiaan itu tidak mengenal agama. Kita boleh berbeda dalam keyakinan dan ritual keagamaan, tetapi kita sepakat dalam menjaga alam, sepakat dalam interaksi ekonomi dan sosial. Kesepakatan ini harus dituangkan dalam aksi nyata di lapangan,” tegasnya.
Dialog ini menghadirkan pemuka agama dari berbagai keyakinan, yaitu Ketua PGIW Sulselbar, Ketua PGPI Makassar, perwakilan Keuskupan Agung Makassar, Ketua Permabudhi Makassar, dan Ketua PHDI Makassar. Kegiatan ini juga dihadiri oleh Penyelenggara Kristen Merpati Sampe Liling, Kamad MAN 2 Kota Makassar Hj. Darmawati yang juga menjadi moderator, serta Plt. Kamad MAN 3 Kota Makassar Irham, guru, dan siswa-siswi dari berbagai madrasah se-Kota Makassar.
Pandangan para tokoh agama menguatkan pentingnya peran lintas iman dalam menjaga lingkungan:
Ketua PGIW Sulselbar mengatakan“Hari Bumi ini adalah momen kebebasan untuk generasi masa depan. Kita punya tanggung jawab besar untuk merawat alam. Ini bukan urusan agama semata, ini urusan kita semua yang hidup di bumi ini.”
Ketua PGPI Makassar menambahkan “Setiap orang diberi mandat untuk mengelola bumi, sebagaimana pemimpin di kantor diberikan mandat untuk mengelola lembaga. Kita semua bertanggung jawab menjaga bumi ini agar terhindar dari bencana seperti longsor. Satu pohon bisa menyelamatkan kita dan orang lain karena dari situlah oksigen segar berasal.”
Perwakilan Keuskupan Agung Makassar menyampaikan “Bumi adalah rumah bersama untuk umat manusia. Tidak bisa satu kelompok saja yang menjaga, ini tanggung jawab kita semua sebagai sesama penghuni bumi.”*
Ketua PHDI Makassar menekankan “Sampai hari ini belum ada tempat lain yang layak dihuni selain bumi. Maka menjaga kelestarian lingkungan adalah tugas yang tidak bisa ditunda.”*
Perwakilan Permabudhi Makassar mengingatkan: “Hal kecil seperti menanam pohon sangat penting, tapi yang terpenting adalah merawatnya setiap hari. Jika tidak, bumi bisa rusak. Ingat, bumi tanpa manusia bisa tetap sehat, tapi manusia tanpa bumi tidak akan bisa hidup.”
Dialog Ekoteologi ini menjadi ruang inspiratif bagi generasi muda lintas iman** untuk menyadari bahwa keberagaman bukanlah penghalang dalam bersatu menjaga bumi. Justru dari keberagaman itulah lahir kekuatan kolaborasi demi kelestarian alam.