Lolos Dari 827 Pendaftar Se- Indonesia, Penyuluh Agama KUA Dua Boccoe Go SPARK Nasional

Kontributor

Jakarta, (Kemenag Bone) – Penyuluh Agama Islam KUA Kecamatan Dua Boccoe, Kabupaten Bone, Muhammad Ashar, menjadi salah satu dari 50 peserta terpilih secara nasional dalam kegiatan Sekolah Penyuluh dan Penghulu Aktor Resolusi Konflik (SPARK) yang digelar oleh Subdit Bina Paham Keagamaan Islam dan Penanganan Konflik, Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, Kementerian Agama RI. Kegiatan ini berlangsung selama lima hari, mulai Ahad hingga Kamis, 22–26 Juni 2025, bertempat di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta.
Kegiatan SPARK tahun ini merupakan ajang penting dalam peningkatan kapasitas aparatur sipil negara Kementerian Agama, khususnya penyuluh agama dan penghulu, agar mampu memainkan peran strategis sebagai aktor resolusi konflik di wilayah tugas masing-masing. Muhammad Ashar menyampaikan rasa syukur dan kebanggaannya atas kesempatan ini, mengingat jumlah pendaftar mencapai 827 peserta dari seluruh provinsi di Indonesia, namun hanya 50 peserta yang dinyatakan lolos seleksi.
“Alhamdulillah, ini adalah amanah dan kesempatan besar untuk belajar sekaligus mempersiapkan diri menjadi juru damai di tengah masyarakat. Penyuluh dan penghulu harus menjadi garda terdepan dalam mencegah serta menyelesaikan konflik secara damai,” ungkap Muhammad Ashar saat ditemui usai pembukaan kegiatan.
Dalam sambutannya saat membuka kegiatan secara resmi, Dr. H. Arsyad Hidayat, Lc., M.A, selaku Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, menekankan bahwa penyuluh agama memiliki tanggung jawab besar dalam menciptakan harmoni sosial. Beliau berharap tidak terjadi lagi konflik antarmasyarakat, antar kelompok, maupun tindakan kekerasan berbasis sentimen keagamaan di tengah kehidupan berbangsa.
Menurutnya, SPARK bukan hanya pelatihan teknis, tetapi sebuah ikhtiar membentuk agen perdamaian yang memahami nilai-nilai moderasi beragama dan ketentuan hukum, khususnya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial. Undang-undang ini mengatur pencegahan, penghentian, serta pemulihan pasca-konflik dengan tujuan menciptakan masyarakat yang aman, tenteram, damai, dan sejahtera.
"Melalui SPARK, kami berharap para penyuluh dan penghulu mampu memberikan pembinaan yang solutif dan tidak menjadi provokator dalam eskalasi konflik," ujar Arsyad Hidayat. Ia menegaskan pentingnya kurikulum cinta dan kasih sayang dalam agama sebagai bagian dari pendekatan pencegahan konflik yang menitikberatkan pada nilai-nilai toleransi dan tenggang rasa.
Selain pembekalan materi hukum dan sosial, para peserta SPARK juga dibekali kemampuan praktis dalam mediasi, deteksi dini konflik, dan teknik komunikasi damai. Dengan demikian, setelah kembali ke daerah masing-masing, mereka diharapkan menjadi juru damai yang aktif dan berkontribusi dalam menjaga kohesi sosial masyarakat.
Kegiatan SPARK ini sekaligus menjadi bentuk implementasi dari Asta Pratama Kementerian Agama, salah satunya yaitu mewujudkan moderasi beragama dan memperkuat kerukunan umat. Menjelang penutupan kegiatan, para peserta mendapatkan penghargaan dan sertifikat resmi sebagai bagian dari pengakuan atas peran penting mereka dalam upaya penanganan konflik sosial di Indonesia.
Muhammad Ashar pun menutup keterangannya dengan penuh harap: "Semoga dengan ilmu dan pengalaman ini, kami dapat menjadi penyuluh yang tidak hanya menyampaikan pesan agama, tetapi juga menghadirkan kedamaian di tengah masyarakat.” (Ashar/ahdi)