Daerah

Matoa Di Hari Bumi : MAN IC Gowa Beraksi, Bumi Hijau Tersenyum

Foto Kontributor
Onya Hatala

Kontributor

Rabu, 23 April 2025
...

Parangloe (Kemenag Sulsel). Senyapnya pagi dan hangatnya matahari yang mulai menanjak, suara cangkul yang menembus tanah menjadi irama awal dari sebuah gerakan yang lebih besar dari sekadar kegiatan sekolah. Pada Selasa, (22/4/2025), kampus MAN Insan Cendekia Gowa menjadi saksi lahirnya aksi nyata dalam bentuk Gerakan Penanaman 1 Juta Pohon Matoa, yang dilaksanakan serentak sebagai bagian dari peringatan Hari Bumi ke-55.


Kegiatan ini bukan sekadar simbolik, melainkan sebuah implementasi dari Keputusan Menteri Agama RI Nomor 244 Tahun 2025 tentang program prioritas Kemenag tahun 2025–2029 dan Surat Edaran Sekjen Kemenag Nomor 182 Tahun 2025 yang menyerukan gerakan penanaman pohon matoa di seluruh Indonesia.


Dipilihnya tumbuhan Matoa sendiri bukan tanpa alasan, tumbuhan endemik asal Papua ini memiliki filosofi yang dalam. Matoa tumbuh kuat dan tinggi, namun tetap memberi naungan dan buah yang manis. Ia menjadi simbol akan harapan generasi madrasah yang tumbuh tangguh, berilmu, dan menyejukkan bumi.


Seluruh warga madrasah ikut terlibat. Dari Kepala Madrasah, Burhanuddin, bersama jajaran pimpinan, guru, tenaga kependidikan, hingga siswa-siswi yang dengan penuh semangat memegang bibit dan menggenggam tanah. 


Gerakan ini juga dihadiri oleh tokoh-tokoh penting dari Kemenag yaitu Syamsuddin Rasyid (Sekjen Pokjawas Kemenag Nasional), Azis Masang (Ketua Pokjawas Kemenag Sulsel), Wahidah Jamaluddin (Pengawas Kemenag Kab. Gowa) dan Fatahuddin (Pengawas PAI Kab. Gowa) 


Dalam sambutannya, Kepala Madrasah, Burhanuddin,menekankan bahwa kegiatan ini bukan hanya tentang menanam pohon, tetapi juga menanam nilai, kesadaran, dan karakter.


“Kami tidak hanya menanam pohon, kami menanam peradaban. Matoa ini akan tumbuh bersama karakter dan kesadaran anak-anak kami untuk menjaga bumi. Ini adalah jihad ekologis dari madrasah untuk semesta,” ungkap Burhanuddin dengan nada penuh keyakinan.


Gerakan ini juga menjadi bentuk ekopedagogi, yakni pendidikan berbasis ekologi yang mengintegrasikan kepedulian terhadap lingkungan ke dalam proses pembelajaran dan pembentukan karakter. Para siswa belajar langsung dari alam, bukan hanya tentang fotosintesis atau klasifikasi tumbuhan, tetapi juga tentang tanggung jawab, kolaborasi, dan keberlanjutan.


Syamsuddin Rasyid, yang turut hadir mewakili Kemenag Kab. Gowa menyampaikan testimoni menggugah. “Gerakan ini adalah bentuk pendidikan karakter paling konkret, mengarahkan siswa untuk tidak hanya cerdas berpikir, tapi juga peduli dan bertindak,” tukas Pengawas Madrasah Kemenag Gowa itu. 


Tak kalah inspiratif, suara dari siswa pun menggema dalam aksi ini. Alif Asir, Ketua OSIM MAN IC Gowa. “Kami percaya bahwa perubahan besar dimulai dari langkah kecil. Matoa adalah saksi bahwa kami pernah peduli, kami pernah menanam, kami ingin bumi tetap bernapas esok hari, " tambahnya. 


Sementara Afwan Tizky, Ketua MPK juga menambahkan. “Bukan hanya tugas orang dewasa, menjaga bumi adalah tanggungjawab kami juga. Gerakan ini bukan hanya tentang hari ini, tapi tentang jejak yang kami tinggalkan untuk masa depan, " ungkapnya penuh semangat. 


Di Kabupaten Gowa sendiri, kegiatan ini dipusatkan di 10 titik dengan 2500 pohon matoa dan 500 bibit pohon lainnya. MAN IC Gowa sebagai salah satu lokasi utama yang akan menanam sekitar 200 bibit matoa. 


Pembukaan kegiatan ini berlangsung serentak melalui Zoom Meeting yang dipimpin langsung oleh Kepala Kantor Wilayah Kemenag Sulsel dan dipusatkan di MAN 1 Soppeng. Kemudian, dilakukan penanaman secara serentak di satker masing-masing dan ditutup dengan Zoom Nasional bersama Menteri Agama RI beserta seluruh kluarga besar Kementerian Agama Se-Indonesia. 


Lebih dari sekadar kegiatan seremonial, gerakan ini menjadi manifestasi nyata dari visi madrasah untuk menciptakan generasi yang berakhlak, berilmu, dan berwawasan lingkungan. Dari kampus kecil di Gowa, MAN IC menunjukkan bahwa madrasah bisa menjadi pionir perubahan dan pelindung bumi.


Satu pohon mungkin terlihat kecil, tapi sejuta pohon matoa adalah jejak peradaban. Dan jika ditanam dengan cinta, akan tumbuh tidak hanya akar di tanah, tetapi juga harapan di hati generasi.


Dari MAN IC Gowa, untuk bumi yang lebih hijau dan bermartabat. Karena menjaga bumi bukan tugas siapa-siapa, tapi kewajiban kita bersama.(Din/OH) 

Editor: Andi Baly

Terpopuler

Terbaru

Menu Aksesibilitas
Ukuran Font
Default