Menag Minta Peringatan Waisak 2025 Lebih Menonjolkan Penghayatan Makna

Kontributor

Jakarta (Kemenag Sulsel) --- Menteri Agama Nasaruddin Umar menyampaikan pesan kepada Umat Buddha untuk menampilkan kesakralan dan penghayatan makna saat memperingati Waisak 2025. Umat Buddha diharapkan tidak menjadikan Waisak sebagai seremonial belaka.
“Saya menitipkan harapan besar kepada
para Buddhis, Sangha dan Tokoh Buddha, pada peringatan Waisak 2025 nanti jangan
yang menonjol unsur hura-hura, sehingga meninggalkan unsur sakral Waisak itu
sendiri,” kata Menag Nasaruddin Umar, saat beraudiensi dengan para Bhikku,
Sangha dan tokoh Umat Buddha di Kantor Kementerian Agama Jalan Lapangan Banteng
Barat nomor 3-4, Jakarta Pusat, Jum’at (14/3/2025).
“Saya berharap, Waisak nanti, jangan
sampai hilang unsur sakralnya. Kegiatan sakral kemanusiaan Waisak itu jangan
lebih menonjolkan aspek selebritisnya. Jangan sampai kemeriahannya
menenggalamkan kedalamannya. Penghayatan kedalaman makna Waisak itu lebih
penting,” sambung Menag Nasaruddin Umar didampingi Sekjen Kemenag, Kamaruddin
Amin, dan Dirjen Bimas Buddha, Supriyadi.
Menag Nasaruddin Umar merasa haru,
senang dan bahagia bisa dipertemukan dengan para Bikkhu, Sangha, tokoh Agama
Buddha. Mereka diharapkan menjadi manusia yang mampu mempertahankan Catur Arya
Satya (empat inti ajaran Buddha).
“Dalam acara keagamaan yang paling
dimuliakan adalah pimpinan agamanya. Jangan salah menempatkan sisi spritual
seseorang. Sekali lagi saya berpesan, upacara keagamaan jangan ditampilkan
sebagai hiburan,” kata Menag Nasaruddin Umar.
Menag Nasaruddin Umar juga menjelaskan
bahwa orang-orang yang mengorbankan dirinya untuk keluhuran agamanya, wajib
dido’akan. Seperti Paus Paulus sedang sakit, dido'akan kesembuhannya dari
Masjid Istiqlal.
“Sebagai Rumah Ibadah, Borobudur bukan
menonjolkan sebagai objek wisata. Setiap orang yang hadir di Borobudur itu
harus mensucikan fikiran, menjernihkan bathin seseorang, tidak peduli apapun
agamanya,” terang Menag Nasaruddin Umar.
Bagi Menag, semua tempat ciptaan Tuhan,
tidak semua berkah, ada tempat-tempat khusus. Tidak semua tempat itu ada energi
yang sama. Mari pelihara energi Candi Borobudur. “Tempat-tempat yang energinya
kuat kita jaga dengan baik. Lupakan semua perbedaan yang ada. Mari tenggelamkan
ego-ego sektoral. Banyak pelajaran yang dapat diambil dari Sang Buddhis,” pesan
Menag Nasaruddin Umar.
Menag Nasaruddin Umar juga mengajak
seluruh Umat Buddha untuk menambahkan kesakralan peringatan Waisak, dengan
menyalakan lilin dalam hatinya. Ketika seseroang keluar dari tempat ibadah,
lentera dalam hatinya akan terang benderang.
Wakil ketua Panitia Waisak Nasional,
Karuna Murdaya melaporkan bahwa Waisak Nasional pada 12 Mei 2025 dan
dilaksanakan di Candi Borobudur. Berbagai rangkaian keagamaan dilaksanakan
seperti mengadakan Bakti Sosial kepada 8.000 masyarakat (berobat gratis).
Selanjutnya agenda prosesi Waisak, dari Candi Mendut ke Candi Borobudur. Lalu
di Borobudur ada panggung utama, mengadakan festival lampion.
“Kami mendukung Candi Borobudur sebagai tempat Wisita Spritual. Mohon Pak Menteri dapat memberikan kata sambutan pada Waisak Nasional 2025. Para Bikhhu, Sangha, dan tokoh umat Budda juga sangat mengharapkan kehadiran Bapak Menteri pada acara Waisak Nasionai ini,” kata Karuna Murdaya.
Karuna Murdaya juga menyampaikan bahwa
Waisak Nasional ini akan dihadiri lebih dari 150ribu masyarakat sekaligus
menyaksikan pelepasan lampion pada puncak malam Waisak. (Humas)