Daerah

Menjadi Generasi Tangguh, Cerdas Dan Beramal Sebagai I’tibar Dari Konflik Dunia Terkini.

Foto Kontributor
Onya Hatala

Kontributor

Rabu, 16 Juli 2025
...

Oleh : Syarif, S. Pd 

Penulis adalah guru MAN Gowa

Setiap masa memiliki tantangannya. Setiap jaman memiliki warnanya sendiri, Begitupun juga dengan setiap generasi. Tantangan zaman dahulu mungkin berupa keterbatasan komunikasi dan akses, tapi tantangan generasi hari ini lebih kompleks. Informasi membanjiri, fitnah bertebaran, dan konflik dunia semakin terbuka, termasuk konflik antara Iran dan Israel yang baru-baru ini mencuat dan menjadi sorotan dunia.

Lalu apa hubungannya konflik besar di Timur Tengah itu dengan kita yang mengadakan hajatan Matsama di lembaga pendidikan bernama Madrasah, baik yang ada di kota-kota besar maupun yang jauh di pelosok negeri yang besar ini?

Jawabannya ada dalam kata” I’tibar”. Pelajaran yang bisa kita ambil dari kejadian di sekitar kita. Karena I'tibar adalah sebuah opsi dari Allah SWT sebagai jembatan untuk memahami dan memaknai sebuah persoalan ataupun isu secara berimbang dan mendalam.

Bukankah kita meyakini bahwa tidaklah Allah menciptakan sesuatu dengan sia-sia?

Tentu rugilah kita jika hanya bisa melongo atau bersikap emosional, geram, apalagi skeptis terhadap ketegangan, kehancuran dan tragedi kemanusiaan yang sangat masif.

Penulis berpikir bahwa sudah saatnya paradigma tentang kegiatan Matsama yang terkesan sebagai sebuah rutinitas tahunan bagi lembaga pendidikan dan siswa baru untuk mengenal lingkungan barunya yang wajib dilakoni. Dan oleh pihak-pihak yang berkepentingan menjadi ajang memperlihatkan eksistensinya, berubah menjadi sebuah kegiatan monumental, membangun mentalitas dan spirit generasi bangsa untuk memandang dirinya sebagai aset bangsa dan aset dunia yang akan menjaga harkat dan martabat negara dimata dunia pada masa yang akan datang.

Maka berikut ini beberapa catatan yang sekiranya bisa menjadi alternatif dalam mengarahkan dan menanamkan nilai-nilai karakter kepada siswa baru pada kegiatan Matsama di tahun ini : 

1. Pentingnya Identitas dan Ideologi

Konflik Iran dan Israel bukan hanya soal perebutan wilayah. Ini adalah konflik ideologi, kepercayaan, harga diri, dan bahkan mungkin gengsi teknologi persenjataan. Iran membela Palestina karena nilai-nilai keadilan yang diyakininya. Sementara Israel mempertahankan dominasi atas wilayah yang diperebutkan.

 I’tibar :

Perlu ditekankan kepada siswa madrasah bahwa mereka harus memiliki identitas yang jelas sebagai generasi bangsa yang cerdas, berakhlak, dan cinta damai. Bahwa sebagai warga negara kita harus kokoh memegang ideologi, jangan jadi generasi yang mudah goyah hanya karena tren atau tekanan.

Ada satu hal yang bisa menjadi pelecut semangat belajar, bagaimana kita saksikan negara “sesederhana” Iran mempertontonkan kepada dunia sesuatu yang membuat mata dunia terbelalak menyaksikan rudalnya melesat di langit ibarat sedang mempertontonkan lomba kembang api yang efeknya akan sangat mengerikan, lalu sistem pertahanan Israel bereaksi dalam hitungan detik. 

Teknologi keduanya, drone, radar, Al semua bekerja akurat, sistematis, presisi tanpa cela dan tanpa ragu. Disitu kita merasa seperti manusia idiot yang baru keluar gua, menatap kilatan cahaya di langit. Bingung apakah itu keajaiban atau ancaman. Dunia sudah secanggih itu, dan kita hanya bisa melongo dan mungkin sesekali tepuk tangan kepada pihak yang kita anggap lebih jitu.  

Kita yang hari-hari ini hanya menyaksikan adu konsep dan adu argumentasi tentang format kurikulum paling ideal yang terus bergulir seperti bola api yang berputar. Bisalah sebagai sebuah negara disatu sisi kita bercermin kepada Iran, bagaimana sebuah negara yang belasan tahun dihimpit sanksi internasional, justru melesat lewat riset dan inovasi.

Mereka mengandalkan pendidikan sains sebagai jalan keluar. Mereka sadar, tekanan hanya bisa dilawan dengan otak tanpa meninggalkan identitas, keyakinan dan ideologi. Tetapi STEM (Sains, Teknologi, Teknik, Matematika) menjadi senjata untuk membangun dengan kemandirian, bukan hanya sekadar sebagai mata pelajaran.

2. Kekuatan Tak Hanya Soal Senjata

Iran bukan negara kecil. Tapi dibanding Israel yang didukung negara adidaya, kekuatannya sangat timpang. Namun, mereka tetap menunjukkan keteguhan sikap dan keberanian. Dalam banyak hal, strategi, semangat, dan konsistensi kadang lebih penting dari senjata.

Lalu kita melihat Israel. Negara kecil, dikelilingi musuh, tapi menjelma jadi raksasa teknologi. Mereka tidak hanya membangun sekolah, tapi menciptakan ekosistem inovasi. Sejak SD, anak-anak dilatih berpikir logis, memecahkan masalah, belajar coding. llmu bukan disucikan dalam upacara, tapi dimatangkan dalam riset dan kolaborasi. Negara itu hidup karena pikirannya, bukan hanya pertahanannya.

 I’tibar :

Di sekolah, seorang siswa mungkin bukan yang paling pintar atau paling populer. Tapi dengan semangat belajar, disiplin, dan komitmen yang kuat, dia bisa mengubah nasib. Kemenangan bukan soal siapa yang paling kuat, tapi siapa yang paling tahan. Dunia tak lagi menilai seragam, ijazah, atau ranking.  

Akan tetapi Dunia hanya peduli apa yang bisa kita lakukan dan karya apa yang bisa kita banggakan. Dunia hari ini tak akan mendengar keluh kesahmu tentang temanmu yang kamu anggap salah tetapi dunia mencari darimu kebenaran konkrit yang kamu lakukan baik secara mandiri maupun didalam tim kerja. 

3. Jangan Terjebak Provokasi

Perang Iran–Israel juga dipenuhi oleh propaganda dan provokasi media. Banyak berita palsu, opini dimanipulasi, hingga banyak orang yang tak tahu kebenaran sebenarnya.

 I’tibar :

Peserta didik harus belajar menjadi siswa yang berpikir kritis. Jangan cepat percaya hoaks. Jangan sebarkan sesuatu yang belum pasti. Inilah mengapa belajar di madrasah itu istimewa, kita belajar ilmu dunia dan juga akhlak dalam bersikap. Akan tetapi ilmu tersebut harus benar-benar terimplementasi dalam gerak laku sehari-sehari bukan diukur dari angka – angka yang kadang kita sendiri bingung untuk mendefenisikannya.

4. Pentingnya Solidaritas dan Kepedulian

Di tengah konflik, banyak warga sipil yang jadi korban. Anak-anak kehilangan rumah, sekolah hancur, masa depan suram. Tapi di saat itu pula, banyak orang dari seluruh dunia yang menunjukkan solidaritas dan membantu korban perang. Solidaritas melewati batas-batas status sosial, politik, budaya, agama,suku, ras dan lain sebagainya.

 I’tibar :

Seorang siswa juga harus belajar peduli. Jangan cuek terhadap teman yang kesulitan. Jadilah generasi yang tumbuh bersama, bukan saling menjatuhkan. Inilah esensi Matsama : saling mengenal, saling menyemangati, dan saling menumbuhkan kebaikan dengan tindakan nyata. 

5. Menjadi Generasi Rahmatan Lil ‘Alamin

Konflik Iran–Israel adalah kisah nyata bahwa dunia butuh lebih banyak manusia yang berilmu dan berakhlak. Di madrasah inilah tempat siswa ditempa, dibentuk, dan diarahkan agar suatu hari nanti, Mereka tak hanya pandai membaca Al-Qur’an, tapi juga bijak membaca zaman.

Jangan sia-siakan masa Matsama ini. Mari kita niatkan, mulai dari sekarang untuk menjadi generasi yang berani, peduli, kritis, dan beradab agar dunia tidak lagi penuh konflik, tapi penuh kedamaian karena hadirnya generasi yang dididik melalui kegiatan ini dan pembelajaran selanjutnya nanti di ruang ruang kelas dan lingkungan yang lebih luas. Jadikan ruang ruang kelas dan lingkungan sekolah bukan hanya sebagai tempat belajar akan tetapi menjadi tempat memulai untuk mengamalkan ilmu.

Demikian catatan ini kami persembahkan semoga bisa menjadi referensi untuk mempersiapkan kegiatan khususnya Matsama dan pendidikan di madrasah secara umum.

Selamat BerMATSAMA tahun 2025


Editor: Andi Baly

Terpopuler

Terbaru

Menu Aksesibilitas
Ukuran Font
Default