Spirit Sinergi Baru Penyelenggaraan Haji Dan Umrah Di Sulsel
Kontributor
    Makassar (Kemenag Sulsel) -- “Pergi haji ke Tanah Suci, menunaikan rukun sepenuh hati. Hari ini kita duduk bersinergi, menyongsong pelayanan haji dan umrah berkualitas lagi.” Begitulah penggalan bait pembuka yang menggema di Aula Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Selatan, Rabu, 17 September 2025.
Kalimat puitis itu
membuka pertemuan koordinasi dan evaluasi penyelenggaraan ibadah haji dan
umrah, menghadirkan para pimpinan Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU)
dan Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK) se-Sulsel.
Kepala Kantor Wilayah
Kemenag Sulsel, Dr. H. Ali Yafid, menegaskan bahwa forum ini bukan sekadar
ajang koordinasi rutin. “Ini momentum menyatukan langkah, memperkuat sinergi,
dan memastikan pelayanan jemaah kian paripurna,” ujarnya dalam sambutan sekaligus
membuka acara.
Lebih jauh, Ali Yafid
menekankan pentingnya kebijakan yang bijak dalam mengawal penyelenggaraan
ibadah. “Haji dan umrah bukan hanya soal teknis, tetapi amanah besar yang
menuntut kebijakan, kebijaksanaan, dan kesabaran,” tegasnya. 
Ia juga mengingatkan
bahwa regulasi bukan untuk membatasi, melainkan melindungi jemaah. “Regulasi
itu pagar keselamatan, Kita ingin layanan haji dan umrah tidak sekadar
berjalan, tapi memberi rasa aman, adil, dan bermartabat bagi umat,” tambahnya.
Pertemuan ini digelar
dengan nuansa reflektif, mengingat tahun 2025 menjadi babak terakhir
Kementerian Agama RI memegang kendali penyelenggaraan ibadah haji. Mulai tahun
depan, tongkat estafet itu akan beralih ke Kementerian Haji dan Umrah RI.
Kepala Bidang
Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kanwil Kemenag Sulsel, H. Ikbala Ismail, dalam
laporannya mengurai catatan pelaksanaan haji 2025. Ia menekankan pentingnya
evaluasi menyeluruh—dari aspek pelayanan jemaah, manajemen keberangkatan,
hingga pemulangan—agar pengalaman berharga tahun ini menjadi bekal perbaikan di
masa mendatang.
Lantunan ayat Al-Qur’an
dari surah Ali Imran ayat 97 yang dikutip di awal acara, menjadi pengingat:
haji adalah amanah suci, bukan sekadar perjalanan fisik, melainkan panggilan
iman. Para penyelenggara, dalam konteks ini, memegang peran sebagai pengemban
amanah sekaligus penjaga kepercayaan umat.
Acara berlanjut dengan
sesi diskusi dan tanya jawab. Para pimpinan PPIU dan PIHK diberi ruang untuk
menyampaikan masukan, kendala, sekaligus solusi yang diharapkan bisa memperkaya
strategi pelayanan ke depan.
Menutup rangkaian
kegiatan, Ali Yafid kembali mengingatkan pentingnya menjaga spirit kolektif.
“Haji dan umrah sering dipandang sebagai bisnis. Namun sesungguhnya ia adalah
ibadah mulia. Karena itu keselamatan, kenyamanan, dan keberlangsungan harus
lebih diutamakan daripada sekadar angka-angka biaya,” katanya.
Ia pun menutup dengan ajakan: “Mari kita jaga semangat kebersamaan. Dengan koordinasi yang baik, regulasi yang jelas, dan hati yang tulus, pelayanan haji dan umrah di Sulawesi Selatan akan semakin paripurna.”
Pertemuan hari itu
berakhir dengan rasa optimisme, seolah merajut asa Bersama bahwa pelayanan
ibadah haji dan umrah harus terus ditingkatkan, agar umat dapat merasakan
kenyamanan beribadah yang paripurna.(Diah)