Dukung Asta Aksi, Kemenag Maros Bentuk Satgas Pencegahan Dan Penanganan Kekerasan Di Pesantren

Kontributor

Maros (Humas Maros)-Aksi nyata poin ketiga Asta Aksi Kanwil
Kemenag Sulsel tentang pesantren ramah
anak, Kemenag Maros melalui Seksi PD Pontren memfasilitasi pembentukan Satgas
pencegahan dan penanganan kekerasan di pesantren.
Berdasarkan keterangan Kepala Seksi PD Pontren H. Muhammad
Sunusi, bahwa Satgas akan berada di
masing-masing pesantren.
“Tugas Satgas mendeteksi kemungkinan kekerasan yang akan
terjadi dan menangani masalah di pesantren. Penyelesaian di internal pesantren,”
jelas Muhammad Sunusi, Rabu (26/2/2025).
“Idealnya di pesantren, terutama pesantren ramah anak ada
tempat curhat: baik melalui tulisan maupun secara verbal. Guru atau ustadz yang
menangani.
“Setelah terbentuk Satgas di tiap-tiap pesantren nanti akan
dilantik. Pengukuhan Satgas secara serentak.
“Apa pun masalah yang terjadi di pesantren, yang terpenting
adalah ada upaya untuk terus memperbaiki,” jelas Muhammad Sunusi memandu forum.
Lebih lanjut, Muhammad Sunusi, menyampaikan bahwa tahun lalu
ada tujuh lembaga di kabupaten Maros yang menjadi sasaran program pesantren
ramah anak.
Hadir dalam kegiatan yang berlangsung di Pondok Pesantren
Nahdlatul Ulum (PPNU) Soreang, para pimpinan pondok dan ketua forum pondok
pesantren kabupaten Maros, KH. Ibnu Hajar Arif.
Kemudian, Kepala Kantor Kementerian Agama (Kakankemenag)
Kabupaten Maros, H. Muhammad, menyampaikan harapan kepada para pimpinan
pesantren untuk bisa menjadikan pondok
pesantren sebagai tempat menuntut ilmu yang ramah kepada siapa saja, terutama terhadap
anak.
“Sesuai pesan Bapak Menteri Agama, dengan konsep kurikulum
cinta. Bukan merubah kurikulum merdeka, tetapi mengintegrasikan cinta dalam
kurikulum. Ini juga selaras dengan Asta Aksi, program Bapak Kakanwil Kemenag
Sulsel: pesantren ramah anak.”
Asta Aksi program pesantren ramah anak
dirancang untuk menciptakan lingkungan pesantren yang aman, nyaman, dan
mendukung tumbuh kembang anak. Melalui penerapan nilai-nilai perlindungan anak,
pengawasan yang baik dan pengembangan kurikulum yang inklusif serta mendidik.
Program ini memastikan anak-anak mendapatkan
pendidikan agama yang berkualitas tanpa kekerasan, diskriminasi, atau tekanan.
“Karena terkadang kita lupa: ramah kepada santri, kepada anak.
Saya yakin, semua ajaran agama, mengedepankan prinsip-prinsip kemanusiaan. Dan
semoga ini terbangun dalam kehidupan kita,” urai Kakankemenag Muhammad.
Lebih lanjut, Kakankemenag Maros Muhammad, menyampaikan
upaya Kemenag untuk memberikan perhatian lebih kepada dunia pesantren melalui
upaya pembentukan Dirjen.
Kakankemenag Muhammad juga mengungkap peran penting
pesantren dalam meletakkan dasar pendidikan keagamaan di Indonesia, bahkan
sejak zaman penjajahan Belanda.
“Kehebatan umat Islam, ditandai dengan tonggak pesantren
dalam memberikan pengajaran keagamaan. Negara berutang besar pada pesantren.
“Kemenag itu, basisnya organisasi keagamaan. Kalau pesantren
lepas, maka bubar Kemenag. Karena para kiai, ulama yang melahirkan Kemenag.
Terkait pesantren ramah anak, “kita tidak bisa bebas seperti
dulu. Yang mesti dikedepankan, transfer keikhlasan, kebaikan, insyaallah santri
dan anak didik kita akan menjadi orang yang sukses. Kalau kita pukuli, memang itu
sebuah kesalahan.
“Mari berupaya mendampingi anak kita dengan cara dan strategi
yang jitu. Supaya tidak terjebak dan berurusan dengan kasus hukum,” ajak
Kakankemenag Muhammad.
“Mari komitmen bersama, mudah-mudahan Maros tidak banjir
laporan. Karena pesantren di Maros disegani. Terbukti, program inkubasi
pesantren Maros sukses di tingkat nasional.
“Semoga, lembaga keagamaan di Maros lebih baik lagi,”
tutupnya. (Ulya)