Empat Guru MTsN Pinrang “Bertempur” Dengan Laptop: Sebuah Cerita Dedikasi Dan Harapan

Kontributor

Paleteang, (Humas Pinrang) Tidak seperti biasanya suasana di Madrasah Tsanawiyah Negeri Pinrang tampak berbeda pada hari kedua bulan Maret ini. Empat guru, Heppi Sirajuddin, Rasida Sidarta, Hj. Nadirah, dan Sunarti, yang baru saja menyelesaikan tugas mengajarnya di kelas, terlihat beralih peran, beradu fokus di depan laptop mereka masing-masing di ruang guru.
Fenomena yang menarik ini bukanlah tentang pertarungan atau konflik, melainkan sebuah gambaran tentang dedikasi tinggi para pendidik dalam menyelesaikan tugas administratifnya. Sejak jam istirahat pertama, mereka sudah terlihat sibuk, sebuah rutinitas yang hampir terjadi setiap hari
Di era digital ini, guru tidak hanya dituntut untuk profesional dalam mengajar di kelas, tetapi juga dalam menyelesaikan berbagai tugas administratif. Di antaranya adalah membuat laporan hasil kegiatan dan rencana kerja sebagai dasar pembuatan Sasaran Kerja Pegawai (SKP). Tugas-tugas ini membutuhkan waktu dan perhatian khusus, sehingga tak jarang mereka harus 'bertempur' dengan laptop setelah jam mengajar.
Rasida Sidarta, salah satu guru Bahasa Indonesia di MTsN Pinrang, berbagi ceritanya kepada tim humas. "Selain mengajar, kami juga meluangkan waktu yang tidak sedikit untuk administrasi. Kami berharap pemerintah, sebagai penentu kebijakan, dapat memahami kondisi kami. Jangan terlalu membebani guru dengan administrasi yang pelik, karena kami adalah tenaga pendidik, bukan tenaga administratif," Ungkapnya
Cerita dari Rasida Sidarta dan rekan-rekannya ini bukan hanya tentang bagaimana mereka menghadapi tugas sehari-hari, tetapi juga sebuah harapan. “Saya berharap ke depannya, guru dapat lebih fokus pada tugas utamanya, yaitu mendidik, tanpa dibebani oleh tugas-tugas administratif yang berlebihan.” Tutur Rasida
Kisah empat guru di MTsN Pinrang ini merupakan cerminan dari banyak guru di Indonesia yang menghadapi tantangan serupa. Dedikasi mereka dalam mendidik sambil menjalankan tugas administratif patut diapresiasi. Semoga suara mereka didengar, dan ke depannya sistem pendidikan kita dapat memberikan ruang yang lebih besar bagi guru untuk berkonsentrasi pada tugas mendidik, mengurangi beban administratif yang selama ini menjadi tantangan tambahan dalam profesinya. (Ilham)