HARI RAYA GALUNGAN MENGINGATKAN UMAT HINDU UNTUK MENINGKATKAN KEWAJIBANYA (SWADHARMANYA)

Kontributor

Oleh
: I Ketut Mundra, S.Ag
Penyuluh
Ahli Madya Agama Hindu
Galungan merupakan salah satu hari raya suci umat
Hindu, yang datangnya setiap 6 bulan sekali (210 hari) yang jatuh pada
hari Budha Kliwon Dunggulan. Ritual hari
raya Galungan adalah upacara sacral yang memberikan kekuatan spiritual, agar
kita mampu membedakan mana dorongan nafsu dharma. Intinya untuk meningkatkan
manusia secara ritual dan spiritual agar selalu menegakan Dharma. Galungan juga
memiliki makna suatu ritual untuk menyatukan kekuatan Rohani dan pikiran yang
damai dan tenang.
Terdapat tiga hal yang diingatkan umat Hindu dalam hari raya Galungan yaitu :
- Melakukan introspeksi diri agar tidak terpengaruh oleh sifat – sifat jahat yang dapat menjerumuskan jiwa kealam penderitaan. Sebagai mana arti Galungan yang berasal dari kata Galung yang berarti berperang, berjuang dalam memerangi kejahatan. Terutama kejahatan yang berasal dari dalam diri sendiri. Sebagai mana termuat dalam kitab suci Bhagavad Gita XVI. 21 tri-vidhaṁ narakasyedaṁ, dvāraṁ nāśanam ātmanaḥ, kāmaḥ krodhas tathā lobhaṣ, tasmād etat trayaṁ tyajet (Tiga pintu gerbang ke neraka, menuju jurang kehancuran diri, yaitu Kāma, Krodha dan Lobha, oleh karena itu ketiganya harus ditinggalkan.
- Umat Hindu diwajibkan untuk mengamalkan nilai – nilai Dharma, karena Dharma merupakan Penyangga keharmoniasan alam semesta beserta isinya. Nilai – nilai dharma yang wajib dikembangkan adalah sebagaimana termuat dalam kitab suci Atharva Veda XIII. 1 1 “Satyam brhad rtam ugra diksa, tapo brahma yajnah prtivim dharayanti, sano bhutasya bhavyasya patni, urum lokam prthivi krinotu” (Kejujuran, hukum alam, penyucian diri, pengendalian diri, pengetahuan dan korban suci dalah penyangga dunia). inilah dharma yang meupakan prinsip dasar yang wajib dijadikan pedoman atau landasan dalam menjaga kedamaian di muka bumi ini. Dunia (Bhuana Agung dan Bhuana Alit) akan tidak baik baik saja ketika salah satu nilai dharma ini tidak dilaksanakan. Selaku umat hindu yang sangat meyakini ajaran Veda sudah sepatutnya mengamalkan nilai nilai dharma tersebut. Pertama, Satyam atau Kesetiaan atau kejujuran yaitu yang merupakan sifat hakekat kemanusiaan yang merupakan bagian dari sifat Tuhan yang dibawa oleh roh dan roh itu bersumber dari Tuhan. Tanpa sifat kesetiaan dan kejujuran ini manusia akan kehilangan kemanusiaannya. Kejujuran merupakan salah satu jalan menuju Tuhan, karena kejujuran merupakan sesuatu yang harus dijalankan, bahkan kejujuran adalah penyangga akan keselamatan dunia. Kitab Atharva veda XIV.1.1 dan XII.1.1 menyebutkan ” Satyena uttabhita bhumih, suryena uttabhita dyauh, Rtena adityas tisthanti divi somo adhi sritah, Satyam brhad rtam ugra diksa tapo brahma yajnah prthivim dharayanti, Sa no bhutasya bhavyasya patni urum lokam prthivi nah kmotu (Kejujuran menyangga bumi, matahari menyangga langit, hokum alam menyangga matahari, Tuhan Maha Esa meresapi seluruh udara yang meliputi bumi (atmosfier). Kejujuran yang agung, hokum alam yang tidak bisa berubah, penyucian diri, pengekangan diri, pengetahuan dan persembahan yang menopang bumi. Bumi melindungi kita, semoga di bumi menyediakan ruangan luas untuk kita. Kedua, Rtam, hukum alam, hukum karma Phala. Siapapun tidak bisa melawan hukum alam. Hukum alam yang berlaku bagi umat manusia adalah hukum karma phala. Hukum karma phala ini hasilnya dapat dinikmati berdasarkan masa kehidupan yaitu Sancita, Prarabda dan Kryamana. Hukum karma phala adalah hukum sebab akibat. Jika kita berbuat Kebajikan maka kita akan mendapatkan balasan sesuai dengan Kebajikan yang kita buat. Ketika kita melaksanakan dharma maka apapun yang kita miliki akan dilidungi oleh dharma. Karena itu tetaplah pada koridor dharma untuk keteraturan dunia ini. Ketiga, Diksa atau penycian diri. Penyucian atau pembersihan diri atau badan jasmani kita wajib dilakukan, karena dalam tubuh kita yang terbentuk dari unsur Panca Maha Bhuta dan Panca Maha Kosa terdapat adanya badan, pikiran, Atma, akal hudi dan jnana atau pengetahuan. Dalam kitab Manawa Dharmasastra V.109 : Abhirgratani Çuddhyanti, manah satyena Çuddhyanti, widyatapobhyam bhutatma, bhudir jnanena Çuddhyanti (badan atau tubuh dibersihkan dengan air, pikiran disucikan dengan kejujuran, Atman disucikan dengan tapa dan akal budi disucikan dengan pengetahuan suci). Keempat, Tapo atau pengendalian diri agar diri kita tidak dikuasai oleh sifat sifat yang dapat menjerumuskan jiwa keneraka. Loba, Kama dan Kroda adalah tiga sifat yang dapat menjeruskan jiwa kelembah neraka. Hal ini dinyatakan dalam kitab suci Bhagavad Gita XVI. 21 tri-vidhaṁ narakasyedaṁ, dvāraṁ nāśanam ātmanaḥ, kāmaḥ krodhas tathā lobhaṣ, tasmād etat trayaṁ tyajet (Tiga pintu gerbang ke neraka, menuju jurang kehancuran diri, yaitu Kāma, Krodha dan Lobha, oleh karena itu ketiganya harus ditinggalkan. Agar kita mampu terhindar dari kama, krodha dan loba, penting kiranya untuk mengaktualisasikan ajarann Tri Kaya Parisudha dalam kehidupan sehari hari. Kelima, Brahma atau pengetahuan adalah hal yang sangat penting. Salah satu jalan untuk menuju Tuhan adalah dengan jalan menggunakan ilmu pengetahuan. Ilmu yang kita miliki bisa menjadikan diri mampu untuk memilah dan memilih (wiweka) mana yang patut didahulukan guna mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Semua kegiatan yang kita lakukan asalnya bersumber dari pengetahuan yang kita miliki dan dengan ilmu pengetahuan kita dapat memecahkan masalah dengan baik, dapat menghadirkan perilaku yang baik, menuju hidup yang abadi dan dapat meningkatkan kebijaksanaan. Dan yang paling utama adalah dengan ilmu pengetahuan dapat menghapus dosa. Hal ini dinyatakan dalam kitab suci Bhagavad Gita IV. 36 “Api cedasi pāpebhyah sarvebhyah pāpakŗttamaḥ, sarvaṁ jñānaplavenaiva, vŗjinaṁ santiraṣyasi” (Meskipun engkau adalah paling berdosa diantara semua orang – orang pendosa, engkau akan dapat mengarungi laut kejahatan hanya dengan biduk pengetahuan atma ini). Sedangkan yang kelima adalah Yajña adalah melakukan kegiatan dengan dasar aturan, keyakinan, keikhlasan, tidak mengedepankan ego dan sifat pemerih serta mengedepankan pelayanan. Hidup saling melayani adalah perintah kitab suci, bahkan kita dianjurkan untuk belajar dari Tumbuhan, Sungai dan binatang. Paropakraya phalanti vŗksah, paropakaraya duhanti nadyah, paropakara vahanti gaveh, paropakaratham idham sariram (demi yang lain pepohonan berbuah, demi yang lain Sungai mengalir, demi yang lain sapi memberi susu dan demi yang lain manusia memanusiakan). Inilah dharma (kewajiban) manusia hidup yang saling melayani (sevanam).
- Melalui Perayaan hari Raya Galungan Umat Hindu diingatkan untuk selalu melaksanakan kewajibanya menjaga hubungan harmonis dengan Tuhan (Ishvara dharma), menjaga kesucian diri (Atma dharma), menjaga tradisi leluhur (Pitri dharma), menjaga hubungan harmonis dengan Masyarakat (samaja dharma), dan Prakirti dharma (menjaga kelestarian lingkungan. Ishvara dharma dengan jalan membangun hubungan suci dengan Hyang Widhi dengan jalan puja bhakti melaui ritual keagamaan seperti menjaga tempat suci, sembahyang, berdoa dan mempelajari kitab suci atau dengan jalan melaksanakan nawa widha bhakti (Smaranam, kirtanam, Vandanam, Sravanam, Arcanam, Dasya, Sakya, atmanivedanam). Atma Dharma yaitu Dharma terhadap diri sendiri untuk menemukan kebanaran dan pencerahan diri. Untuk pencerahan diri dapat dilakukan dengan jalan mengamalkan ajaran Tri Kaya Parisudha, Pitri Dharma yaitu menjaga tradisi dan menghormati leluhur, seperti kewajiban menghormati orang tua, merawat orang tua, melestarikan tradisi keluarga dan bhakti kepada leuhur yang telah tiada, Samaja Dharma yaitu kewajiban membangun hubungan harmonis dengan sesame dengan jalan menjalin hubungan baik dengan tetangga, teman, membantu orang lain yang membutuhkan dengan dasar lascarya, berpartisifasi aktif dalam kehidupan social dan menghormati perbedaan, suku, agama, budaya yang ada dimasyarakat dan Prakriti dharma yaitu upaya menjaga kelestarian dan keseimbngan alam dengan jalan menjaga kebersihan, menghormati dan menyayangi hewan, menenam pohon untuk menjaga kelestarian hutan. Dengan melaksanakan kewajiban tersebut diatas maka kita akan menemukan kebahagiaan dan kedamaian sejati, dapat mewujudkan kesejahteraan alam semesta, membangun hubungan harmonis yang penuh kasih, dapat mencapai perkembangan spirirtual dfan pencerahan diri dan dapat menciptakan Masyarakat yang adil dan Sejahtera.
Om Ayu dehi, danam dehi, Vidyam dehi Maheswara,
samastha makilam dehi dehi me Paramesvari (Om
Hyang Widhi melalui Perayaan hari suci Galungan kami memohon anugrahMu, agar
berkenan menganugrahkan kepada kami hidup yang sehat, Sejahtera dan
kebijaksanaan sehingga kami mampu melaksakanan kewajiban kami dengan baik dan
sukses).
Selamat
Merayakan hari Raya Galungan, semoga kita tetap dalam lindungan Dharma.
OṀ Śantiḥ, Śantiḥ, Śantiḥ OṀ