Perpustakaan Kota Parepare Nyalakan Obor Literasi Di Hati Pelajar MAN 1

Kontributor

Parepare, (Kemenag Parepare) - Di tengah derasnya arus digital dan banjir informasi tak terkendali, Perpustakaan Kota Parepare tampil sebagai mercusuar harapan. Bukan sekadar rak buku yang sunyi, kini perpustakaan menjelma menjadi ruang hidup, tempat ide-ide bermekaran dan semangat belajar terus menyala.
Kamis pagi, 12 Juni 2025, menjadi saksi semangat literasi
yang membara di aula sementara MAN 1 Kota Parepare. Dalam balutan kegiatan
Sosialisasi Budaya Baca, Perpustakaan Kota Parepare menggandeng para pelajar
dan pendidik untuk kembali jatuh cinta pada buku, bukan sebagai beban tugas,
tapi sebagai sahabat hidup.
Rusman Madina, Kepala MAN 1 Kota Parepare, membuka kegiatan
dengan semangat yang menular. Dalam sambutannya, ia menekankan bahwa membaca
bukan hanya gerakan mata, tapi gerakan bangsa. “Literasi adalah fondasi. Tanpa
membaca, kita hanya berjalan dalam gelap,” tegasnya.
Sementara itu, H. Ahmad Masdar, Kepala Dinas Perpustakaan
Kota Parepare, membakar semangat peserta dengan pesan yang tak kalah kuat. Ia
menyoroti pentingnya sinergi antara perpustakaan dan lembaga pendidikan.
“Kita tidak sedang menciptakan pembaca pasif, tapi
pembelajar aktif, mereka yang haus makna dan lapar wawasan,” ujarnya penuh
keyakinan.
Lebih lanjut, Ahmad Masdar menekankan bahwa budaya baca dan
literasi di kalangan pelajar adalah fondasi strategis menuju Indonesia Emas
2045.
“Kita sedang menyiapkan generasi yang akan memimpin
Indonesia seratus tahun sejak kemerdekaan. Tanpa kekuatan literasi, sulit bagi
bangsa ini untuk berdiri tegak di tengah kompetisi global. Anak-anak kita harus
dibekali bukan hanya dengan ijazah, tapi juga dengan kemampuan berpikir kritis,
melek informasi, dan cinta belajar sepanjang hayat,” tegasnya dengan penuh
optimisme.
Sorotan utama kegiatan ini adalah sesi sosialisasi oleh
Fadjriani, sosok yang berhasil membongkar sekat antara siswa dan dunia baca.
Dengan gaya yang segar dan menggugah, ia menyulap aktivitas membaca menjadi
petualangan intelektual.
“Membaca bukan beban. Ia adalah pelarian terbaik, guru
terbaik, dan teman terbaik dalam memahami dunia,” serunya lantang, menggetarkan
ruang aula.
Namun Fadjriani tidak berhenti sampai di situ. Ia juga
menyoroti fenomena hoaks dan disinformasi yang merajalela di media sosial.
Dalam penyampaian yang penuh empati dan ketegasan, ia menegaskan pentingnya
meningkatkan budaya baca.
“Kita hidup di era informasi, tapi tidak semua informasi
layak dipercaya. Tanpa budaya baca yang kuat, kita akan mudah terseret arus
hoaks dan manipulasi digital. Literasi bukan hanya soal buku, tapi soal daya
tahan berpikir. Siapa yang malas membaca, akan mudah dikendalikan oleh
kebohongan,”ujarnya lantang.
Pesan itu menghantam tepat sasaran. Para siswa yang tadinya
hanya mendengar, kini mulai merenung. Mereka menyadari bahwa membaca bukan
sekadar kegiatan sekolah, tapi perisai diri di tengah dunia yang penuh tipu
daya.
Tak sekadar presentasi, kegiatan ini memantik dialog dan
refleksi. Para siswa MAN 1 tampak hidup, mata berbinar, tangan terangkat, dan
pikiran terbuka. Ini bukan sekadar kegiatan literasi, ini adalah kebangkitan
rasa ingin tahu.
Program ini menjadi bukti bahwa perpustakaan bukan institusi
kuno yang ditinggalkan zaman. Sebaliknya, ia adalah jantung peradaban, memompa
semangat belajar ke seluruh pelosok kota.
Perpustakaan Kota Parepare sedang membuktikan satu hal
penting: literasi bukan hanya kemampuan membaca, tapi keberanian untuk
berpikir, bertanya, dan berubah. Dan hari ini, perubahan itu dimulai dari ruang
aula sementara MAN 1 Parepare menuju cita-cita besar Indonesia Emas.(Akbar/Wn)