Daerah

Perpustakaan Kota Parepare Nyalakan Obor Literasi Di Hati Pelajar MAN 1

Foto Kontributor
Nurwina Busrah

Kontributor

Jumat, 13 Juni 2025
...

Parepare, (Kemenag Parepare) - Di tengah derasnya arus digital dan banjir informasi tak terkendali, Perpustakaan Kota Parepare tampil sebagai mercusuar harapan. Bukan sekadar rak buku yang sunyi, kini perpustakaan menjelma menjadi ruang hidup, tempat ide-ide bermekaran dan semangat belajar terus menyala.

Kamis pagi, 12 Juni 2025, menjadi saksi semangat literasi yang membara di aula sementara MAN 1 Kota Parepare. Dalam balutan kegiatan Sosialisasi Budaya Baca, Perpustakaan Kota Parepare menggandeng para pelajar dan pendidik untuk kembali jatuh cinta pada buku, bukan sebagai beban tugas, tapi sebagai sahabat hidup.

Rusman Madina, Kepala MAN 1 Kota Parepare, membuka kegiatan dengan semangat yang menular. Dalam sambutannya, ia menekankan bahwa membaca bukan hanya gerakan mata, tapi gerakan bangsa. “Literasi adalah fondasi. Tanpa membaca, kita hanya berjalan dalam gelap,” tegasnya.

Sementara itu, H. Ahmad Masdar, Kepala Dinas Perpustakaan Kota Parepare, membakar semangat peserta dengan pesan yang tak kalah kuat. Ia menyoroti pentingnya sinergi antara perpustakaan dan lembaga pendidikan.

“Kita tidak sedang menciptakan pembaca pasif, tapi pembelajar aktif, mereka yang haus makna dan lapar wawasan,” ujarnya penuh keyakinan.

Lebih lanjut, Ahmad Masdar menekankan bahwa budaya baca dan literasi di kalangan pelajar adalah fondasi strategis menuju Indonesia Emas 2045.

“Kita sedang menyiapkan generasi yang akan memimpin Indonesia seratus tahun sejak kemerdekaan. Tanpa kekuatan literasi, sulit bagi bangsa ini untuk berdiri tegak di tengah kompetisi global. Anak-anak kita harus dibekali bukan hanya dengan ijazah, tapi juga dengan kemampuan berpikir kritis, melek informasi, dan cinta belajar sepanjang hayat,” tegasnya dengan penuh optimisme.

Sorotan utama kegiatan ini adalah sesi sosialisasi oleh Fadjriani, sosok yang berhasil membongkar sekat antara siswa dan dunia baca. Dengan gaya yang segar dan menggugah, ia menyulap aktivitas membaca menjadi petualangan intelektual.

“Membaca bukan beban. Ia adalah pelarian terbaik, guru terbaik, dan teman terbaik dalam memahami dunia,” serunya lantang, menggetarkan ruang aula.

Namun Fadjriani tidak berhenti sampai di situ. Ia juga menyoroti fenomena hoaks dan disinformasi yang merajalela di media sosial. Dalam penyampaian yang penuh empati dan ketegasan, ia menegaskan pentingnya meningkatkan budaya baca.

“Kita hidup di era informasi, tapi tidak semua informasi layak dipercaya. Tanpa budaya baca yang kuat, kita akan mudah terseret arus hoaks dan manipulasi digital. Literasi bukan hanya soal buku, tapi soal daya tahan berpikir. Siapa yang malas membaca, akan mudah dikendalikan oleh kebohongan,”ujarnya lantang.

Pesan itu menghantam tepat sasaran. Para siswa yang tadinya hanya mendengar, kini mulai merenung. Mereka menyadari bahwa membaca bukan sekadar kegiatan sekolah, tapi perisai diri di tengah dunia yang penuh tipu daya.

Tak sekadar presentasi, kegiatan ini memantik dialog dan refleksi. Para siswa MAN 1 tampak hidup, mata berbinar, tangan terangkat, dan pikiran terbuka. Ini bukan sekadar kegiatan literasi, ini adalah kebangkitan rasa ingin tahu.

Program ini menjadi bukti bahwa perpustakaan bukan institusi kuno yang ditinggalkan zaman. Sebaliknya, ia adalah jantung peradaban, memompa semangat belajar ke seluruh pelosok kota.

Perpustakaan Kota Parepare sedang membuktikan satu hal penting: literasi bukan hanya kemampuan membaca, tapi keberanian untuk berpikir, bertanya, dan berubah. Dan hari ini, perubahan itu dimulai dari ruang aula sementara MAN 1 Parepare menuju cita-cita besar Indonesia Emas.(Akbar/Wn)

Editor: Andi Baly

Terpopuler

Terbaru

Menu Aksesibilitas
Ukuran Font
Default