Provinsi

Santri Visioner, Milyarder Dermawan: Kesaksian Dan Kekaguman Kabid PD Pontren Atas Dedikasi Faisal Ibrahim Surur

Foto Kontributor
Andi Baly

Kontributor

Selasa, 30 September 2025
...

WAJO, KEMENAG SULSEL – Dalam sejarah panjang Pondok Pesantren As’adiyah, nama besar para ulama dan tokoh yang berjasa membangun peradaban ilmu di tanah Lamaddukelleng tak pernah lekang oleh zaman. Salah satunya adalah AGH. Muhammad Surur, ulama, administrator handal, sekaligus Sekretaris Jenderal PP As’adiyah di masa kepemimpinan AG KH. Muhammad Yunus. Meski jasadnya telah lama kembali ke bumi, ruh perjuangan dan dedikasinya seolah hidup kembali melalui karya besar seorang cucunya, Dr. H. Faisal Ibrahim Surur, Lc., M.Ag.

Faisal, adalah seorang santri As’adiyah yang tumbuh menjadi pengusaha sukses, namun tak pernah melepaskan identitas kesantriannya. Dengan jiwa dermawan dan kepedulian mendalam pada almamater, ia membangun sebuah gedung monumental di Pondok Pesantren As’adiyah Sengkang, Kabupaten Wajo dengan dana pribadinya. Aula megah ini menjadi saksi sejarah karena digunakan sebagai tempat pembukaan Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) Internasional pertama di dunia, yang digelar di As’adiyah.

“Ini bukan sekadar gedung. Ini adalah persembahan cinta, dedikasi, dan penghormatan seorang santri kepada ulama dan pesantrennya.” Demikian kesaksian penuh kekaguman dari Kabid PD Pontren Kanwil Kemenag Sulsel, H. Yunus Syam, yang hadir menyaksikan langsung aula tersebut.

Menurutnya, apa yang dilakukan Faisal adalah cerminan nyata dari visi seorang santri yang sukses di dunia usaha, namun tetap rendah hati dan peduli. “Kunci suksesnya tidak hanya diceramahkan sebagai ustadz, tapi dibuktikan dalam praktik hidupnya sebagai seorang milyarder yang rajin bersedekah. Ia memberi teladan bahwa keberhasilan bukan alasan untuk lupa diri, melainkan jalan untuk semakin bermanfaat bagi sesama,” tutur Yunus Syam.

Gedung megah yang kini berdiri kokoh di jantung As’adiyah itu diberi nama Gedung Serbaguna AGH. Muhammad Yusuf Surur, sebagai penghormatan kepada leluhur yang telah berjasa besar. Bangunan tersebut diharapkan menjadi pusat kegiatan keilmuan, keumatan, dan kebudayaan di Wajo, sekaligus simbol kebangkitan dan keberlanjutan dedikasi pesantren dalam mencetak generasi ulama.

Bagi masyarakat dan civitas As’adiyah, karya Faisal bukan sekadar materi yang diwujudkan menjadi gedung, melainkan pesan moral tentang pentingnya merawat sejarah, menghormati ulama, dan membalas jasa almamater. “Tugas kita bersama adalah menjaga, merawat, dan memanfaatkan gedung ini dengan sebaik-baiknya,” pesan Yunus Syam menutup kesaksiannya.

Faisal sendiri kerap menyebut bahwa keberhasilan dalam usaha hanyalah titipan, dan keberkahan sesungguhnya ada pada seberapa besar manfaatnya untuk orang lain. Maka, tak berlebihan bila publik menjulukinya: Santri Visioner, Milyarder nan Dermawan. (YS/AB)

Editor: Andi Baly

Terpopuler

Terbaru

Menu Aksesibilitas
Ukuran Font
Default