Sebuah Catatan Aksi 'Cinta Bumi' : Peringatan Hari Lahir IPARI Dan Program ANNANGKASI

Kontributor

Oleh : Muhammad Ali
Penulis adalah kepala KUA Biringbulu, Gowa
Kantor Urusan Agama (KUA) Biringbulu tidak hanya menjalankan fungsinya sebagai pencatat dan pengawas pernikahan, namun juga menjelma menjadi agen perubahan sosial yang peduli lingkungan. Dalam rangka menyambut Hari Lahir Ikatan Penyuluh Agama Republik Indonesia (IPARI) yang ke-2, KUA Biringbulu mengambil bagian dalam gerakan 'Cinta Bumi' melalui aksi bersih-bersih. Inisiatif ini tidak hanya mendukung program ANNANGKASI Ibu Bupati Gowa, tetapi juga mengandung makna yang mendalam dari sudut pandang spiritualis, antropologis, dan filosofis.
Makna Spiritualis
Secara spiritual, gerakan bersih-bersih ini dapat dimaknai sebagai bentuk ibadah dan syukur kepada Allah SWT atas karunia alam semesta. Dalam banyak ajaran agama, menjaga kebersihan adalah bagian integral dari kesalehan. Lingkungan yang bersih mencerminkan hati yang bersih dan pikiran yang jernih.
Aksi 'Cinta Bumi' ini juga merupakan manifestasi dari khalifatul fil ardh, yakni peran manusia sebagai pemimpin dan penjaga bumi. Tanggung jawab ini menuntut manusia untuk tidak hanya memanfaatkan, tetapi juga melestarikan dan merawat ciptaan-Nya. Membersihkan lingkungan adalah wujud nyata dari ketaatan terhadap perintah agama untuk berbuat baik kepada sesama dan alam semesta. Ini adalah pengingat bahwa kebersihan tidak hanya fisik, tetapi juga spiritual, membersihkan diri dari dosa dan kotoran batin.
Makna Antropologis
Dari perspektif antropologis, gerakan ini merefleksikan pentingnya gotong royong dan kesadaran komunal dalam masyarakat Bugis-Makassar, yang dikenal dengan filosofi hidup "Sipakatau, Sipakalebbi, Sipakainge" (saling menghargai, saling menghormati, saling mengingatkan). Aksi bersih-bersih ini menjadi wadah untuk memperkuat ikatan sosial dan memupuk rasa memiliki terhadap lingkungan bersama.
Program ANNANGKASI Bupati Gowa yang berarti "bersih-bersih" atau "merapikan" juga memiliki akar antropologis yang kuat. Istilah ini mencerminkan nilai-nilai lokal yang menghargai keteraturan dan keindahan dalam kehidupan bermasyarakat. Ketika KUA Biringbulu mendukung program ini, mereka tidak hanya menjalankan kebijakan pemerintah, tetapi juga menghidupkan kembali kearifan lokal yang telah lama menjadi bagian dari identitas budaya masyarakat Gowa. Ini adalah upaya untuk menanamkan kembali etos kebersihan sebagai bagian integral dari kebudayaan dan adat istiadat setempat.
Makna Filosofis
Secara ilosofis, gerakan 'Cinta Bumi' oleh KUA Biringbulu ini mengandung makna yang dalam tentang eksistensi dan tanggung jawab manusia. Lingkungan yang bersih dan sehat adalah prasyarat bagi kehidupan yang berkualitas. Dengan membersihkan lingkungan, KUA Biringbulu tidak hanya menciptakan ruang fisik yang lebih baik, tetapi juga berkontribusi pada kesehatan mental dan spiritual masyarakat.
Filosofi di balik aksi ini adalah bahwa perubahan dimulai dari diri sendiri dan lingkungan terdekat. KUA Biringbulu, sebagai institusi yang berurusan dengan aspek fundamental kehidupan (pernikahan), secara simbolis menunjukkan bahwa pembangunan dan kemajuan tidak hanya berpusat pada individu, tetapi juga pada lingkungan yang menopang kehidupan bersama. Ini adalah penegasan bahwa kebersihan adalah pangkal kesehatan, keindahan, dan kemajuan peradaban. Dengan merayakan hari lahir IPARI melalui aksi nyata ini, KUA Biringbulu memberikan contoh konkret tentang bagaimana nilai-nilai filosofis dapat diwujudkan dalam tindakan nyata untuk kebaikan bersama.