Daerah

Dari Pondok Pesantren, Menyemai Peradaban Dalam Pandu Kurikulum Berbasis Cinta

Foto Kontributor
Onya Hatala

Kontributor

Kamis, 31 Juli 2025
...

Oleh : Muhammad Alimuddin Usman 

Penulis adalah Direktur Pondok Pesantren Babussalam Arrahmah Gowa

Di tengah derasnya arus global dan kemajuan teknologi, pondok pesantren tetap menjadi pusat pembinaan nilai, spiritualitas, dan pembentukan karakter. Dengan mengintegrasikan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) sebagai ruh pembelajaran, pesantren memiliki potensi besar untuk menyemai benih peradaban yang berakar pada kasih sayang.

- Esensi Kurikulum Berbasis Cinta ala Menag Nasaruddin Umar

Kurikulum Berbasis Cinta secara resmi dilaunching oleh Menteri Agama RI, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA, pada Kamis, 24 Juli 2025 di Asrama Haji Sudiang, Makassar. Peluncuran ini menjadi momentum penting untuk menggeser paradigma pendidikan dari sekadar transfer ilmu menjadi pembentukan manusia seutuhnya melalui nilai cinta.

Menurut Menag, KBC lahir dari kegelisahan akan dominasi pendidikan kognitif yang sering mengabaikan dimensi afektif dan spiritual. Nilai-nilai utama KBC terangkum dalam Panca Cinta :

1. Cinta kepada Tuhan Yang Maha Esa

2. Cinta kepada Sesama

3. Cinta kepada Ilmu

4. Cinta kepada Lingkungan

5. Cinta kepada Bangsa dan Negeri

Tujuan besar KBC adalah melahirkan manusia yang berpikir dengan cinta, merasa dengan cinta, dan bertindak dengan cinta, sehingga pendidikan melahirkan generasi yang cerdas, berakhlak, inklusif, dan peduli lingkungan.

- Pondok Pesantren sebagai Laboratorium Cinta

Pesantren adalah tanah subur untuk menanamkan kurikulum cinta ini. Di Babussalam Arrahmah Gowa, kami menghidupkan nilai-nilai tersebut melalui:

Cinta kepada Allah dan Rasul: penanaman akidah, ibadah, dan akhlak mulia.

Cinta kepada ilmu: menggabungkan ilmu agama dan ilmu umum dalam tradisi belajar yang mendalam.

Cinta kepada sesama dan alam: melatih empati, solidaritas sosial, dan kepedulian lingkungan melalui aksi nyata.

Cinta sebagai Wujud Pendidikan Holistik

Implementasi KBC di pesantren tidak hanya menjadi slogan, melainkan tindakan nyata:

Guru menjadi teladan cinta: sabar, konsisten, dan hadir secara emosional.

Kegiatan belajar menjadi dialog hati ke hati, bukan sekadar instruksi akademik.

Santri dibiasakan peduli pada lingkungan dan masyarakat.

- Dampak dan Harapan

Santri yang tumbuh dalam atmosfer cinta akan menjadi pribadi yang empatik, kuat prinsip, berilmu, berakhlak, dan peduli sesama. Pesantren pun akan melahirkan generasi pemimpin masa depan yang tidak hanya pintar, tetapi juga penuh kasih.

Mengadopsi Kurikulum Berbasis Cinta seperti yang digagas Menag Nasaruddin Umar adalah langkah strategis menyemai peradaban dari pesantren. Dari Babussalam Arrahmah Gowa, kami ingin menjadi bagian dari gerakan cinta ini—agar Indonesia tidak hanya berprestasi dalam ilmu, tetapi juga beradab, berkarakter, dan penuh kasih sayang.

Editor: Andi Baly

Terpopuler

Terbaru

Menu Aksesibilitas
Ukuran Font
Default